0

Penyakit Pada Padi dan Pengendaliannya

Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan) on 06.49
  Makalah Pengelolaan Tanaman Pangan

PENYAKIT PADA TANAMAN PADI DAN TEKNIK PENGEDALIANYA












PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2016


I.   PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi mampu menghasilkan beras yang merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Sehingga tanaman padi merupakan salah satu bidang pertanian yang digalakkan di indonesia. Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu mengakibatkan penurunan hasil dan mutu hasil pada tanaman pangan di Indonesia.
Pada tanaman padi terdapat banyak hama dan penyakit yang menyerang, sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi padi tersebut. Sedangkan di daerah-daerah pelosok Indonesia masih banyak petani yang belum mengetahui jenis-jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Selain itu juga mereka belum mengetahui cara-cara pengendalian yang tepat terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Sehingga usaha dalam budidaya tanaman padi mengalami pasang surut akibat kegagalan panen. Kegagalan panen sangat berdampak pada petani dan juga berpengaruh pada masyarakat luas karena bahan pangan utama berkurang jumlahnya. Kegagalan ini terjadi akibat tanaman padi terserang hama dan penyakit. Banyak jenis penyakit dan hama yang berpotensi menyerang tanaman padi. Salah satunya belalang dan karat daun.
Sebagian besar penyakit tanaman disebabkan oleh jamur yang memproduksi mikotoksin. Secara periodik penyakit tanaman mampu menyebar ke tanaman-tanaman utama kemudian merusak, merugikan dan bahkan menjadi endemik. Jamur merupakan penyebab penyakit terbesar (90%) pada tanaman pangan di Indonesia, sedang 10% sisanya disebabkan oleh bakteri, virus, dan mikoplasma / fitoplasma.
Dalam program pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), pengambilan keputusan untuk mengendalikan suatu penyakit didasarkan pada sistim pemantauan serangan patogen. Pemantauan patogen hanya dapat dilakukan dengan bekal pengetahuan yang cukup tentang jenis, gejala, penyebab, dan epidemiologi penyakit. Sehingga dengan melakukan inventarisasi, identifikasi, dan pengendalian penyakit pada tanaman pangan akan dapat meningkatkan efektivitas dan efieiensi pengendaliannya guna menunjang program peningkatan produksinya.

1.2         Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit pada tanaman padi dan teknik pengendaliannya.


II.           PEMBAHASAN

2.1     PENYAKIT TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA

2.1.1 Penyakit Bercak Coklat Pada Daun Padi
Gejalanya bercak terutama pada daun, tetapi dapat pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang. Bercak muda berbentuk bulat kecil, berwarna coklat gelap. Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar (0,4 - 1 cm x 0,1 – 0,2 cm), berwarna coklat pada pusat kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning di sekelilingnya. Dan bila serangan menghebat seluruh permukaan bulir dapat tertutup massa konidia dan tangkainya.
Penyebab 
Cendawan Helminthosporium oryzae atau Drechslera oryzae (cochliobolus miyabeanus). Konidia H. Oryzae berwarna coklat, bersekat 6-17, berbentuk silindris, agak melengkung, dan bagian tengahnya agak melebar. Konidia ini di bentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat di sebarkan oleh angin dan dapat terbawa benih. Sisa tanaman di lapang dan beberapa jenis gulma seperti Leersia sp., Cynodon sp,. Dan Digitaria sp. Yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan.
Gambar penyakit bercak oleh Helminthosporium oryzae
Pengendalian 
Tanaman varietas yang tahan. Gunakan benih yang sehat atau beri perlakuan fungisida atau air panas pada benih. Pupuk yang seimbang terutama K yang cukup. Sanitasi lapang pengolahan tanah yang cukup, pengairan dan drainase yang baik sehingga akar tumbuh dengan baik. Penyemprotan fungisida dilakukan pada masa anakan maksimum.  
2.1.2 Blast
Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo tersebar di seluruh daerah penghasil padi gogo di Indonesia. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada  semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).
Penyebab
Jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.
http://1.bp.blogspot.com/-Z_e5bSQ4zBI/UcDgp65-CVI/AAAAAAAABrM/_-ukM1EGR6g/s320/2.png

Biologi dan Ekologi
Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
Penularan penyakit terutama terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.
Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam.Suhu optimum perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 0C.
Pengendalian

1.       Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi . 
          Salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil akibat OPT(Organisme penggangu Tumbuhan) antara lain dengan jalan      sebagai berikut :
          a. Penggunaan varietas tahan & pembenaman jerami
               Penggunaan varietas baru yang tahan terhadap blas sangat   dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas antara lain : Inpari           13, Luk ulo, Silugonggo, Batang Piaman, Inpago dll.
          Proses dekomposisasi jerami selain dapat berfungsi sebagai pupuk        organik juga dapat membunuh miselia blas dan tidak berpotensi untuk            berkembang.
          b. Pemupukan berimbang
              Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah       endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan Nitrogen yang       tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat,           dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan.       Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun     sehingga penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang           di lapangan.
      c.  Waktu tanam yang tepat
            Pengaturan waktu tanam pada saat yang bertepatan banyak embun    perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari serangan penyakit blas    yang berat. Keadaan ini memerlukan data iklim spesifik dari wilayah-          wilayah pertanaman padi setiap lokasi.
     Pengendalian secara kimia yaitu dengan fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis dalam mengatasi penyakit blas, namun sering kali menimbulkan efek samping yang kurang baik diantaranya menimbulkan resistensi patogen dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu agar fungisida dapat digunakan seefektif mungkin dengan efek samping yang sekecil mungkin, maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus diperhitungkan tentang jenis, dosis, dan waktu aplikasi yang tepat. Beberapa jenis fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas adalah Topsin 500 F, Topsin 70 WP, Kasumiron 25/1 WP, dan Delsene MX 80 WP.

2.1.3 Penyakit kerdil rumput (grassy stunt)
Kerdil rumput (grassy stunt) pertama kali dilaporkan di Filipina tahun1962, dan sekarang dilaporkan telah tersebar di seluruh negara penghasil beras di Asia.
Penyebab
1)   Penyakit kerdil rumput pada tanaman padi yang disebabkan oleh virus      Rice grassy stunt virus (RGSV). Vector penyebarnya adalah hama         wereng coklat (Nilaparvata lugens).
2)   Ledakan hama wereng batang pada tanaman padi sering diikuti oleh         adanya serangan penyakit virus. Rice Ragged Stunt Virus (RRSV) dan             Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) adalah virus padi yang umum      ditemukan setelah ledakan wereng batang cokelat (WBC) menyebabkan   kerugian yang lebih serius
3)   Penyakit disebabkan pleh Rice grassy stunt virus (RGSV) mempunyai      partikel berupa benang lentur 6-8 x 950-1350 nm. Genomnya 4 jenis        RNA untai tunggal, satu jenis coat protein (31 kDa)


Siklus Penyakit
RGSV ditularkan terutama oleh Nilaparvata lugens, dan dapat juga oleh N. bakeri dan N. Muiri. Vektor mempunyai makan akuisisi minimal 30 menit, periode laten 10-11 hari, makan inokulasi 5-15 menit, transtadial tetapi tidak transovarial.
•   Virus bertahan dari musim ke musim pada sisa tanaman padi yang masih   hidup dan vektornya
•   Di daerah tropis, kejadian penyakit tinggi pada daerah yang terus-             menerus ditanami padi
•    Migrasi serangga vektor sangat berperan untuk penyebaran virus
Ciri-Ciri Virus
Virus ini memiliki ciri-ciri:
1)   Dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya beberapa anakan            bahkan gejala hanya pada beberapa daun saja
2)   Gejala daun berwarna kuning kadang hanya terjadi pada daun       bawah/daun tua
3)   RGSV 3.jpgDaun yang menguning akan mengering dimulai dai ujung daun Tanaman terserang stadia dewasa : daunnya kuning orange, lebar daun normal, jml anakan dan tinggi tanaman = tanaman sehat.






Gejala Serangan
ü Gejala utama adalah tanaman yang terinfeksi sangat kerdil dan banyak anakannya sehingga menyerupai rumput.
ü Daunnya sempit, pendek, kaku, hijau pucat dan kadang-kadang mempunyai bercak seperti karat.
ü Kadangkala terdapat percabangan anakan dari buku batang tanaman padi yang terinfeksi.
ü  Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai dewasa, tetapi hanya menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan bulirnya hampa bila terinfeksi terjadi saat tanaman dewasa
ü Biasanya gejalanya tidak akan berkembang sebelum panen tetapi muncul pada singgangnya setelah panen. penularan virus kerdil rumput terjadi secara persisten oleh wereng coklat. Virus ini dapat memperbanyak diri didalam tubuh vector tapi tidak ditularkan melalui telur. Bila terjadi ledakan serangan wereng coklat yang merupakan vector dari dua virus maka akan terjadi penyebaran penyakit secara bersamaan yaitu penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput dilapangan tetapi tergantung beberapa factor antara lain vector,sumber virus, varietas padi dan factor lingkungan. Sekali wereng coklat menghisap pada tanaman sakit maka selama hidupnya wereng coklat tersebut  akan membawa dan dapat menyebarkan virus pada tanaman padi lainnya. Tanaman yang terinfeksi tidak dapat disembuhkan. Meskipun tanaman sakit tidak mati dan tetap menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan sangat terganggu.
ü Gejala muncul 10-20 hari setelah infeksi
ü Tanaman terinfeksi menjadi kerdil, anakan lebih banyak dari normal, daun-daun lebih sempit, kaku dan tegak, sehingga rumpun tanaman nampak seperti rumput (kerdil rumput).
ü  Tanaman masih dapat membantuk malai tetapi jumlah biji sangat sedikit dan berukuran kecil
Virus ini juga menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik dan pada akhirnya tidak bisa menghasilkan gabah.
Pengendalian Penyakit
1)        Pengendalian vektor dengan insektisida.
2)        Pola tanam melaui pergiliran tanaman dengan bukan padi.
ü  Waktu tanam tepat : Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola    fluktuasi populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-      bulan   tertentu.
ü   Tanam serempak : Upaya menanam tepat waktu tidak efektif          apabia tidak dilakukan secara serempak.
3)        Sanitasi dengan mencabut dan membenamkan tanaman sakit
4)         Menanam varietas tahan : Menanam varietas tahan merupakan    komponen penting dalam penegndalian ini.
5)        Pemupukan N yang tepat : Penggunaan pupuk N yang berlebihan dapat             menyebabkan tanaman menjadi rentan terhadap serangan virus.
6)        Eradikasi tanaman terserang : Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan           sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber penularana
2.1.4. Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani kuhn)
            Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi. Di Indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air. Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Penyebab
Jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
.Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani kuhn)
Biologi dan Ekologi
Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.
Pengendalian
Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia, biologi, dan teknik budidaya.
Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawan R. solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah.
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
 Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi.  Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.
Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).

2.1.5 Bercak Daun Cercospora (Cercospora leaf spot)
Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit yang sangat merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.
     Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan tanaman. Penyakit bercak daun tersebar diseluruh negara penghasil padi di Asia Tenggara, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Amerika Tengah, dan Afrika. Di Indonesia penyakit bercak daun tersebar diseluruh daerah penghasil padi di Jawa.  Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini tersebar merata di Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon.
Biologi dan ekologi
Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah. 
Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata. Miselia berkembang di dalam jaringan parenkhima dan di dalam sel-sel epidermis. Jamur mampu bertahan dalam jerami atau daun sakit. Perkembangan penyakit bercak daun cercospora sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Varietas tahan sangat efektif menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora. Pada varietas yang tahan, bercak unduhan (3).jpghttp://3.bp.blogspot.com/-BJV69aIjzCA/UcDhIjLCEJI/AAAAAAAABrU/l0-_WKTMyNo/s320/3.pnglebih sempit, lebih pendek, dan lebih tua warnanya.
  
Pengendalian
Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan  dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang IR64 dan Widas tergolong rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.

2.1.6 Penyakit Bercak Daun Coklat (Brown Leaf Spot)
Penyakit bercak daun coklat disebabkan oleh jamur Helminthosporium oryzae tersebar di negara-negara penghasil padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia, penyakit ini banyak ditemukan pada pertanaman padi terutama di tanah-tanah marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara tertentu. Beberapa daerah padi gogorancah di Nusa Tenggara Barat, Bali, Gunung Kidul, Jawa Barat bagian selatan dan Lampung  merupakan daerah endemik penyakit ini. Hubungan antara terjadinya penyakit dengan ketersediaan unsur hara tanah sangat erat. Tanaman yang kurang sehat sangat mudah terserang penyakit ini. Pada kondisi tanah yang kahat unsur kalium penyakit bercak coklat dapat menimbulkan kerugian hasil 50 sampai 90 persen.  Faktor lain yang berpengaruh adalah sistem drainase yang tidak baik, sehingga mengganggu terserapnya unsur-unsur hara.

Penyebab
Jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.

http://4.bp.blogspot.com/-9LPFixMqrak/UcDhlLv4yiI/AAAAAAAABrc/yHIl_fh6LKk/s320/4.pngBiologi dan Ekologi
http://4.bp.blogspot.com/-dMjS1VOaTz8/VnYsk5RD16I/AAAAAAAACVY/jtGYSyXkVmU/s1600/Candida%2Balbicans%2B-%2BHelminthosporium%2Boryzae.pngGajala khas penyakit ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Pada varietas yang peka panjang bercak  dapat mencapai panjang 1 cm. Pada serangan berat, jamur daopat menginfeksi gabah dengan gejala bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.
Jamur H. oryzae menginfeksi daun, baik melalui stomata maupun menembus langsung dinding sel epidermis setelah membentuk apresoria. Konidia lebih banyak dihasilkan oleh  bercak yang sudah berkembang (besar) kemudian konidia dihembuskan oleh angin dan menimbulkan infeksi sekender. Jamur dapat bertahan sampai 3 tahun pada jaringan tanaman dan lamanya bertahan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. 
Pengendalian
Perkembangan penyakit sangat erat hubungannya dengan keadaan hara tanah khususnya nitrogen, kalium, magnesium, dan mangan. Penanaman varietas tahan di Indonesia masih sangat terbatas. Rabcide 50 WP merupakan fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit bercak daun coklat H. oryzae pada pertanaman padi gogo.

2.1.8 Penyakit kresek/hawar daun
Gejala
Tepi daun tanaman yang terinfeksi mula-mula bernoda seperti garis-garis basah yang kemudian meluas dan berwarna putih kekuning-kuningan. Kematian jaringan daun ini mulai terjadi pada satu atau kedua tepi helai daun, atau pada setiap titik permukaan daun yang luka, dan selanjutnya meluas ke seluruh permukaan daun. Pada varietas yang rentan, kematian jaringan dapat terjadi sampai pelepah daun, apalagi Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 16 Tanaman Padi bila tanamannya dipupuk N dengan dosis tinggi. Infeksi sistemik pada bibit dapat mengakibatkan seluruh daun atau tanaman menjadi layu mengering.
Penyebab
Bakteri Xanthomonas campestri pv. oryzae (X. oryzae). Bakteri ini dapat masuk ke jaringan tanaman melalui hidatoda pada tepi daun, luka pada daun,  atau akar yang putus. Sumber penularan bakteri ini adalah benih, jerami, tunggul, atau anakan yang terinfeksi, dan gulma yang menjadi inang. Penyebarannya dilakukan oleh angin yang kencang, embun, air hujan, dan air irigasi. Pada awal pagi hari terdapat ledir yang kemudian mengeras menjadi butiran kecil pada permukaan daun yang terinfeksi. Permukaan daun yang lembab melarutkan butiran-butiran tersebut sehingga sel-sel bakteri dapat menyebar dengan bebas.
Pengendalian
Tanaman varietas yang tahan. Gunakan benih dari tanaman yang sehat. Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan. Cegah kerusakan pada bibit waktu pemindahan. Bersihkan singgang dan gulma yang mungkin menjadi inang alternatif di antara musim tanam.
  http://1.bp.blogspot.com/-7O1aJk6BywE/UM_CtjHy2mI/AAAAAAAAED0/P4SIRt-7ns8/s1600/screenshot_00001.png
2.1.8 Penyakit Tungro
Gejala
Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, jumlah anakan tidak atau sedikit berkurang. Warna daun biasanya berubah menjadi kuning  kemerah-merahan atau oranye mulai dari ujung daun. Daun muda mungkin menjadi batang atau bergaris-garis hijau pucat. Malai tanaman yang terinfeksi biasanya kecil dan keluar tidak sempurna. Bulir-bulirnya tertutup bercak coklat dan beratnya kurang dibanding bulir normal.
Penyebab
Virus tungro padi. Virus ini ditularkan oleh wereng daun, terutama Nephotettix virescens.
Pengendalian
Tanam varietas yang tahan terhadap virus tungro atau penularannya. Cabut dan musnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke tanaman sehat. Masa bera atau rotasi dengan tanaman palawija di antara musim tanam padi dapat mengurangi terjadinya penyakit ini. 




2.1.9 Foot Rot
Penyakit ini disebabkaan oleh jamur Fusarium monoliformae. Jamur ini terdapat pada daerah penanaman padi seperti China, Taiwan, Uganda, Italy, India dan Indonesia. Penyakit ini berkembang baik pada kondisi 25oC-30oC. Penyakit ini menginfeksi dari biji atau pun tanah. Di dalam tanah tumbuh dan menyebar secara saprofit pada jaringan tanaman padi yang telah mati.
Penyakit ini menyebabkan biji padi berwarna coklat tua dan hampa. Biji yang terserang Fusarium monoliformae selain menunjukan gejala yang berwarna coklat muda sampai coklat tua, juga menunjukkan tanda (sign) yang menyerupai kapas dengan warna abu-abu.
Pengendalian jamur ini dapat di laakukan dengan beberaa cara :
·      Menggunakan pemupukan berimbang.
·      Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.
Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan menggunakan jasad hidup yang bersifat antagonis dan Plant Growth-Promoting Rhizobacteria. Selain itu beberapa literatur mengatakan bahwa campuran pupuk asam amino, kompos, dan agensia antagonis (Paenibacillus polymyxa SQR21, Trichoderma harzianum T37, dan Baccilus subtilis N11) mampu menekan insidensi penyakit layu fusarium (Trillas et al., 2006 cit., Zhang at al., 2011).
   






2.1.10  Hirschmanniella oryzae
Hirschmanniella oryzae, yaitu rice root nemathode (RRN), merupakan salah satu hama utang padi dan merupakan nematoda parasit tanaman yang paling umum ditemukan pada sawah irigasi. modifikasi terbaru dalam praktek budidaya telah menyebabkan peningkatan substansial dalam produksi beras, yang telah disertai dengan tingkat tinggi dari RRN. Peningkatan proporsional RRN dengan produksi beras dapat dijelaskan dengan adaptasi sempurna nematoda terhadap kondisi yang terus membanjiri di mana irigasi padi sering sedang tumbuh.
 Hirschmanniella genus ditemukan dalam keluarga Pratylenchidae dan berisi sekitar 35 spesies, yang sebagian besar adalah nematoda endoparasit berpindah dari akar tanaman.
Ada dua isu utama untuk pengelolaan RRN dalam hal biologi nematoda ini. Yang pertama adalah sifat migrasi dari nematoda. Setelah akar nekrosis, nematoda ini dapat meninggalkan dan masuk kembali tanah untuk menginfeksi tanaman tetangga, terus kekuatan migrasi merusak mereka. Yang kedua adalah kelangsungan hidup RRN. Kedua telur dan remaja dapat melewati musim dingin di akar mati. Menanggapi sawah kekeringan, nematoda ini dapat bertahan hidup dengan memasukkan negara anhydrobiotic sampai hujan mulai, yang memungkinkan populasi nematoda untuk tetap aktif.
Sebagai konsekuensi untuk perilaku nematoda dan kelangsungan hidup, tindakan pengendalian telah membuktikan dengan sedikit keberhasilan. Juga, langkah-langkah pengendalian tertentu seperti penggunaan nematisida tidak ekonomis karena beras tidak memiliki nilai tunai yang cukup tinggi di negara-negara berkembang, di mana produksi beras yang paling umum. Lebih hemat biaya, langkah-langkah pengendalian organik seperti kering bera dan rotasi telah terbukti efektif, tetapi petani tidak mampu mengambil tanah dari produksi untuk panjang diperlukan waktu untuk mereda tingkat destruktif RRN.  pengendalian gulma dan resistensi alami beras adalah langkah pengendalian yang mungkin terbukti lebih efektif dalam masa depan, tetapi kurangnya upaya penelitian yang luas untuk ketahanan varietas merender berhasil terakhir. Untungnya, percobaan gizi menunjukkan bahwa ketika tanaman diberikan perawatan budaya yang tepat, mereka dapat menghasilkan tanaman yang memuaskan meskipun terinfeksi berat, yang memungkinkan untuk tingkat toleransi beras ke RRN.
http://www.wageningenur.nl/upload_mm/a/1/e/b89ff93f-abc0-4107-afb5-9d943d7a6af5_nematode%20Hirschmannieaoverzicht92%5B1%5D.jpghttp://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/images/shoryrt.gifAkar RRN terinfeksi pertama mungkin menunjukkan kekuningan untuk warna coklat yang akhirnya menggelapkan, dan berat akar yang terinfeksi mungkin membusuk setelah menjadi coklat atau hitam. ini di bawah gejala tanah mulai dengan pembentukan lesi cokelat kecil pada titik-titik di mana nematoda telah pecah permukaan dan masuk. Berikut ini gejala awal, sel-sel epidermis yang rusak dapat menjadi nekrotik dan rongga dapat terbentuk di dalam akar sebagai akibat dari sel kortikal yang rusak.

Gambar makroskopis dan mikroskopis Hirschmanniella oryzae



III.  PENUTUP

KESIMPULAN
Padi merupakan tanaman semusim, berakar serabut, memiliki batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak,dan berurat daun sejajar. Hama dan penyakit pada tanaman padi merupakan kendala bagi pertumbuhan dan perkembangan padi itu sendiri. Adapun macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi yaitu wereng, walang sangit, burung, tikus, keong mas, dan kepinding tanah serta penyakit yang diantaranya penyakit bercak coklat, blas, hawar daun, tungro, penyakit garis coklat daun, busuk pelepah daun, penyakit fusarium, penyakit noda/api palsu, leaf streak dan kerdil. Hama dan penyakit tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi pada tanaman padi. Sehingga diperlukan berbagai cara untuk mengendalikannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Bercocok Tanam Padi. Tribhuwana.Bandung.

Gohan O.M. 2015.Pengendalian Busuk Tongkol pada Tanaman Jagung. http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=630:pengendalian-busuk-tongkol-pada-tanaman-jagung&catid=4:info-aktual&Itemid=5. Diakses pada tanggal 22 April 2016.
Rasminah, Siti. 2010. Penyakit-Penyakit Pasca Panen Tanaman Pangan. UB-Press. Malang.
Seto,Jakes. 2011. Buku Pertanian. Departemen Pertanian.Jakarta.
Zhang N.,Wu K., He X., Li S., Zhang Z., Shen B., Yang X., Zhang R., Huang Q., Shen Q.. 2011 A New Bioorganic Fertilizer Can Effectively Control Banna Wilt by Strong Colonization with Bacillus subtilis N11. Plant Soil 344:87-97.




0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 BERBAGI ITU INDAH All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.