0

Laporan Pengukuran Kadar Air Benih

Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan) on 00.20
Laporan Praktikum Teknologi dan Industri Benih

PENGUKURAN KADAR AIR

Disusun oleh:   Kelompok 2

Fathul Rizal                        (1305101050010)
Azzura                    (1305101050075)
Yulfa Sari Tarigan  (1305101050051)
Era Maulia              (1305101050028)
Ria Kurnia              (1305101050066)










LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2015



   I.                   PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari pembiakan generatif antara induk jantan dan betina yang merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman. Mutu benih terbagi atas mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Mutu benih sangat tergantung oleh beberapa hal, salah satunya adalah kadar air benih.
Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih.
Penyimpanan dan daya hidup suatu benih sangat erat hubungannya dengan kadar air. Biasanya benih mengandung kadar air yang rendah pada bagian lapisan penutup atau perikarp, jika dibandingkan dengan bagian embrio dan endosperma. Penyimpanan akan menyebabkan perubahan kandungan kadar air dari suatu biji yang nantinya keadaan ini akan mempengaruhi laju kemunduran benih tersebut.
Umumnya pada tanaman serealia (padi-padian) dan kacang-kacangan (legume), pada saat mendekati masak kadar airnya konstan sekitar 20 %, tetapi sedikit naik turun seimbang dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Benih setelah dipanen atau dipetik dari pohon induknya perlu segera dikeringkan sampai kadar air tertentu yang aman, misalnya padi 11-12 %, jagung 11-12 %, kedelai 10-11 %, kacang hijau 11-12 % dan kacang tanah 10-11 %. Penurunan kadar air ini berhubungan dengan benih akan disimpan, beberapa hari, minggu, bulan atau tahun. Tinggi rendahnya kadar air dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap mutu benih. Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan.
Selama perkembangan, pemasakan dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan – lahan hingga benih yang dipanen akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada lagi penurunan kelembaban, karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya.
            Kadar air benih dapat diukur dengan menggunakan metode langsung (menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan menggunakan moister tester. Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung dengan menggunakan oven adalah pengurangan antara beret basah yakni berat benih sebelum dioven dikurang dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat basah dikalikan 100% sehingga bisa diperoleh kadar air. Sedangkan pengukuran tidak langsung kadar air dapat segera diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui moiture tester. Penentuan kadar air wajib untuk dikuasai oleh praktikan, kedepan dengan menguasai teknik pengukuran kadar air yang baik diharapkan didunia kerja dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan kadar air selama masa simpan benih.

           
1.2         Tujuan
     Tujuan dari praktikun Pengukuran Kadar Air ini adalah untuk mempelajari beberapa metode pengukuran kadar air secara langsung dan tidak langsung.







                                                                                                                                         II.          TINJAUAN PUSTAKA

          Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang. (Kartasapoetra, 1986).       
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo, 2006) .
            Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini yang sering disebut dengan metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester  (Hasanah, 2006).



         
          Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Mugnisjah, 1990).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis , 2005).

         










                                                                                                                         III.          METODELOGI PENELITIAN

3.1         Waktu dan Tempat
            Pelaksanaan praktikum ini  pada tanggal 10 April 2015, pukul 16.30 -17.40 WIB, dan Tempat pelaksanaan praktikum ini adalah di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala - Banda Aceh.

3.2         Alat dan Bahan
·      Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah petridish, kertas merang, desikator, tanur (oven ), alat pengukur kadar air seperti Moisture Meter MS-D1, Moisture Mter TS-5, dan Cerra Tester
·      Bahan
Bahan yang di perlukan dalam praktikum ini adalah benih padi varietas Ciherang dan Hibrida, benih Kedelai varietas Dering, Tenggamur dan Gema.





3.3         Prosedur/ Langkah Kerja
          Adapun cara kerja praktikum ini adalah:
1.      Metode Langsung atau metode tanur/metode dasar
a.         Disiapkan benih padi menjadi 4 tingkatan kondisi kadar air dengan cara di lembabkan benih terlebih dahulu dalam kertas merang lembab dengan interval waktu 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan 18 jam.
b.         Dipanaskan wadah kosong + tutup dalam oven pada suhu 105 0C selama beberapa menit, didinginkan dan ditimbang (a gram ).
c.         Dimasukan 10 gram contoh uji benih kedalam wadah, tutup wadah tersebut dan timbang ( b gram).
d.        Diletakan wadah yang berisi contoh uji kedalam oven dengan suhu 1050C dengan keadaan terbuka.
e.         Lama pengeringan/ pemanasan 60-90 menit.
f.          Setelah itu wadah ditutup dengan cepat lalu disimpan dalam desikator selama 20 menit untuk didinginkan.
g.         Bila sudah dingin wadah serta contoh uji ditimbang ( c gram)
h.         Penghitunganya dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Kadar Air (%) =   X 100%
ket:    a   = berat wadah + tutup
          b   = berat wadah + tutup + contoh benih mula-mula
c   = berat wadah + tutup + contoh benih setelah kering oven

2.      Secara Tidak Langsung
a.         Digunakan Moisture meter MS-DI  dan Graner II
b.         Moister meter sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pengecekan dengan menekan tombol kuning yang ada pada alat, jika keluar L bearti alat normal dan siap digunakan.
c.       Alat distel pada apa yang ingin diukur dengan cara menggeser stelan alat ke arah apa yang mau diukur.
d.      Benih yang akan diukur diisi dalam reseptacle yang ada pada alat tersebut, sampai penuh dengan rata dengan menggunakan sendok alat tersebut.
e.       Reseptacle yang sudah berisi benih dimasukan kedalam lubang yang ada pada alat, lalu handelnya diputar kearah kanan sampai tertahan pemutaranya. Kemudian di tekan tombol kuning (Push).
f.       Dibaca angka yang keluar pada digital indicate. Angka yang keluar merupakan persentasi kadar air benih yang diukur.
g.      Graner II yang digunakan satu set dengan timbangannya yang tidak bisa dipisahkan sama lain.
h.      Setelah padi ditimbang pada timbangan graner II kemudian dimasukan dalam graner dan dicatat angka hasil timbangan.




                                                                                                                       IV.               HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran Kadar Air
Ulangan
Metode Pengukuran Kadar Air ( % )
Tanur
Padi (ciherang)
M.M. MS-D1
Grainer II
P.Ciherang
P.Hibrida
PADI
KEDELAI
Ciherang
Hibrida
Dering
Gema
Tanggamur
1.
13
11,6
11,4
10,8
12,5
7,3
7,3
7,5
2.
13
11,7
11,4
11,1
12,4
7,3
7,3
7,4
3.
12
11,4
11,4
11,2
12,3
7,1
7,5
7,4
4.
11
11,7
11,7
11
12,6
6,9
7,5
7,5
Total
49
46,4
45,9
44,1
49,8
28,6
29,6
29,8
Rerata
12,25
11,60
11,47
11,02
12,45
7,15
7,40
7,45
Sd
0,41

0,06
0,06
0,07
0,06
0,08
0,05
2,24

ð  Perhitungan :

·           Mencari Sd

·       Nilai Sd Tanur Padi var Ciherang

Sd = 

Sd =
Sd =
Sd =  0,41

Dimana, a : berat wadah + tutup          b : Wadah tertutup + berat awal
a1 = 85,7 gr                            b1 = a1 + 10 gr = 95,7 gr
a2 = 94,6 gr                            b2 = a2 + 10 gr = 104,6 gr
a3 = 84,6 gr                            b3 = a3 + 10 gr = 94,6 gr
a4 = 90 gr                               b4 = a4 + 10 gr = 100 gr

c : Berat wadah tertutup  + b.awal + b.benih setelah di ovenkan
c1 = 94,4 gr
c2 = 103,3 gr
c3 = 93,4 gr
c4 = 98,9 gr

·           Mencari kadar air Tanur pada Ulangan II
Dik        =       a : 84,6      b : 94,6       c : 94,6
Dit         =  Kadar Air ( % ) ?
Kadar air  (%) :   x 100%
                                             =  x   100 %
                                             = 12 %







4.2     Pembahasan
Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih. Pengujian kadar air ini menggunakan dua metode yaitu metode lansung yaitu dengan menggunakan oven/tanur dan metode tidak langsung  dengan menggunakan alat Moisture Meter MS-D1 dan Grainer II .
Pada metode langsung ( oven/tanur )  disini bahan yang di gunakan adalah benih Padi var. Ciherang yang dilakukan dengan 4 kali ulangan. Pada ulangan I, sebelum di oven yang harus dilakukan adalah menimbang benih padi sebanyak 10 gram karena diameter petridish/wadah yang digunakan lebih besar dari 8 cm. Petridish dan tutupnya  terlebih dahulu ditimbang beratnya dinyatakan dengan a1 dengan berat 85,7  gram. Kemudian menimbang wadah dengan tutupnya  yang berisi contoh benih mula-mula ( berat awal )  yang dinyatakan dengan b1  dengan berat 95,7 gram . Setelah itu benih dipanaskan dalam oven dalam waktu 60-90  menit dengan suhu 105°C untuk mendapatkan benih kering.
Selanjutnya setelah wadah di keluarkan dari oven wadah yang berisi benih didinginkan dalam desikator sampai dingin dan kemudian ditimbang beratnya yang dinyatakan dengan c1 dan diperoleh berat sebesar 94,4 gram, sehingga di dapat kadar air benih padi var.Ciherang pada ulangan I  ini yang di peroleh dari selisih antara berat benih sbelum dipanaskan dan berat benih sebelum dipanaskan (b1-c1) di bagikan dengan  selisih antara berat wadah dan benih didalamnya sebelum di ovenkan dikurangi berat wadah dan tutupnya  tanpa benih (b1-a1). Dari situ, dapat dihitung kadar air yang terkandung dalam benih jagung tersebut dengan perhitungan rumus :
Kadar Air ( % ) =  x 100 %  maka,   = 13 % . Jadi kadar air yang terkandung dalam benih padi var Ciherang pada ulangan I sebesar 13 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran kadar air dengan menggunakan metode praktis ini cukup akurat. Demikian halnya juga dilakukan dengan kadar air pada ulangan II,III,dan IV. Dimana kadar air yang dihasilkan pada ulangan II adalah sebesar 13 % , sedangkan kadar air pada ulangan III sebesar 12 %, dan kadar air pada ulangan IV sebesar 11 %.  Naik turunnya kadar air pada benih mempengaruhi laju kenaikan dan kemunduran suatu benih. Dimana makin rendah kadar air benih, maka semakin lama daya hidup benih tersebut. Sesuai dengan hasil kadar air dari setiap ulangan maka kadar air pada benih padi var Ciherang ini termasuk tidak optimum karenan kadar air optimum untuk penyimpanan benih antara 6 % - 8 %.
            Metode kedua yaitu metode tidak lansung dengan menggunakan alat Moisture Meter MS-D1 dan Grainer II, Dengan cara mengambil contoh benih padi secukupnya kemudian memasukkan dalam silinder tempat benih pada seed moisture Meter. Pada metode ini menggunakan benih padi var. Ciherang dan Hibrida. Pada penggunaan alat ini dilakukan ulangan sebanyak 4 kali juga  untuk memperoleh hasil yang akurat. Hasilnya bisa dilihat langsung, kadar air yang terkandung dalam benih  padi var.Ciherang  pada ulangan I sebesar 11,6  %, pada ulangan ke II kadar air yang dimiliki benih ini sebesar 11,7 %, sedangkan pada ulangan ke III kadar air yang dimiliki sebesar 11,4 % dan kadar air yang dimiliki benih pada ulangan ke IV sebesar 11,7 % , demikian halnya juga pada benih padi var Hibrida yang dapat dilihat keseluran kadar air pada benih ini dari tabel di atas. Sama hal nya dengan menggunakan alat Grainer II, dimana  benih yang di ukur kadar airnya adalah benih padi dan kedelai, dimana benih padi yang digunakan adalah var.Hibrida dan Ciherang sedangkan benih kedelai yang digunakan var. Dering , Gema dan Tanggamur. Hasil dari kadar air yang di ukur dengan menggunaka Grainer II ini dapat dilihat pada tabel hasil praktikum di atas. Maka hal ini menunjukkan keakuratan hasil perhitungan kadar air dengan metode praktis atau menggunakan alat.






                                                                                                                                                           V.               PENUTUP

5.1         Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengukuran Kadar air ini adalah ;
1.    Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal contoh benih.
2.            Pengujian kadar air ini menggunakan dua metode yaitu metode lansung yaitu dengan menggunakan oven/tanur dan metode tidak langsung  dengan menggunakan alat Moisture Meter MS-D1 dan Grainer II .
3.     Kadar air yang terkandung dalam benih padi var Ciherang pada ulangan I sebesar 13 %, kadar air pada ulangan II,III,dan IV. Dimana kadar air yang dihasilkan pada ulangan II adalah sebesar 13 % , sedangkan kadar air pada ulangan III sebesar 12 %, dan kadar air pada ulangan IV sebesar 11 %.
4.      Kedua metode yang digunakan untuk pengukuran kadar air memiliki kelemahan dan kelebihan, yaitu dimana metode langsung mempunyai kelemahan yaitu waktu yang di perlukan untuk mengukur kadar air relatif lama, sedangkan pada metode tidak langsung kelemahan yang dimiliki adalah terkadang alat yang digunaka kurang teliti.


5.2         Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan dapat memperoleh hasil  yang akurat.




DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, M  dan D Rusmin 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di Indonesia. Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 25 (2) : 68 – 73. Bogor.

Hong T D and R H Ellis 2005. A protocol to determine seed storage behaviour IPGRI Technical  Bulletin No1. Dept. of Agric. The University of Reading, UK.

Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan
Tuntunan Praktikum. Bina aksara. Jakarta.

Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Sutopo L 2006. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.










LAMPIRAN
 






   

Gambar 1. Penimbangan Wadah                   Gambar 2. Penimbangan benih
                  




                                                                            

Gambar 3. Pengukuran kadar air benih          Gambar 4. Pengukuran kadar air
                   Menggunakan Grainer II                               Benih menggunakan

                                                                                          M.M MS-D1

Copyright © 2009 BERBAGI ITU INDAH All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.