0

BONSAI

Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan) on 19.06



2.  jenis –jenis bonsai
 
1. Bonsai Melati ( Jasmine )

Bonsai Melati (Jasmine), bunga melati putih banyak dijumpai di Indonesia.
Bonsai Melati atau Bonsai Jasmine merupakan bonsai dari tumbuhan bunga. Ciri-ciri melati yaitu umumny memiliki daun kecil agak lonjong dan memiliki bunga berwarna putih dan berbau sangat harum.

Description: http://2.bp.blogspot.com/---XS6AwxB6M/UTThODmmbxI/AAAAAAAACGg/o4v_Mvi4lo8/s320/Bonsai+Melati+Putih.png














2.   bonsai bougaivillea

Description: F:\ani,,,,,\1235441_576906229012902_1307315562_n.jpgbunga kertas (bougainvillea) adalah tanaman asli Amerika Selatan. Bougenville terhitung dalam keluarga Nyctaginaceae. Tanaman ini bisa tumbuh sampai setinggi 4 meter. Tak hanya dibiarkan tumbuh dengan cara alami, Bougenville juga adalah satu diantara tanaman yang dapat di buat bonsai.












                                




3.    Bonsai rumah hobbit

Seorang pakar tanaman bonsai di China, Guise Chris, mendesain sebuah pohon bonsai lengkap dengan rumah kecil untuk keluarga hobbit yang terinspirasi dari film The Hobbit and Lord of the Rings. Hasilnya menakjubkan, miniatur tersebut terlihat begitu nyata.


Description: http://4.bp.blogspot.com/-7i5cKuPo27k/UVGO5WqUeOI/AAAAAAAAO1o/UdhCz1OTT9E/s1600/Bonsai+Rumah+Hobbit+Yang+Sangat+Cantik+14.jpg

Description: http://2.bp.blogspot.com/-x9sSaM99YVI/UVGO7MZsXEI/AAAAAAAAO2A/8VskS8ChsiY/s1600/Bonsai+Rumah+Hobbit+Yang+Sangat+Cantik+11.jpg










Karya Quinquan Zhou. Quinquan Zhou yang paling terkenal untuk membuat teknik membonsai “penjing”
Lahir di dekat Sungai Yangtze di Cina Tengah, Zhou telah mengelilingi Eropa, Pasifik, dan Amerika untuk mengajar dan merancang segal sesuatu mengenai bonsai. (lanskap miniatur yang menggabungkan bonsai dengan tanah, dedaunan, dan batu).

Description: http://i828.photobucket.com/albums/zz210/rickyfunky/23qz815.jpg
Description: http://i828.photobucket.com/albums/zz210/rickyfunky/1zjgjd.jpg





Flowering Penjing tree
Description: C:\Users\ACER\Music\07-penjing-flowering.jpg


0

Peranan Vektor dan Angin dalam penyebaran Penyakit Tanaman

Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan) on 16.07


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Dilihat dari segi biologi, penyakit tanaman merupakan terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala. (Desy, 2010).
Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab penyakit, studi tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman sakit. Studi penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhanya disebut epidemiologi.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan dikelompokkan dalam:
  • penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious), dan
  • penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah kekurang unsur hara, suhu yang sangat rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran (polusi). Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama maupun penyakit relative tinggi setiap tahun. Gangguan tersebut belum dapat dikendalikan secara optimal sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil, menurunkan mutu terganggunya kontinuitas produksi, serta penurunan pendapatan petani. Di masa depan diperkirakan gangguan OPT akan semakin kompleks, yang antara lain akibat perubahan fenomena iklim global yang berpengaruh terhadap pola musim/cuaca lokal yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan OPT. Disamping itu permasalahan OPT akan terus muncul karena masalah-masalah lain seperti dampak dari pemilikan lahan yang sempit, penggarap yang bukan pemilik, terbatasnya modal, tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan petani, permasalahan irigasi, pasar dan harga produksi.
Konsepsi PHT bukan berarti pengendalian “hama” ansig (dalam arti kata yang sebenarnya), tetapi hama yang dimaksud yaitu OPT adalah suatu cara pendekatan komprehensif dalam pengelolaan ekosistem terpadu yang mencakup pengelolaan OPT pada inangnya (tanaman) secara terpadu di suatu ekosistem dalam ruang dan waktu, untuk suatu proses produksi yang optimal, secara ekonomi lebih menguntungkan, secara ekologis aman, dan secara sosial budaya dapat diterima, yang tidak terpisahkan dari sistem dan usaha agribisnis. Penerapan PHT secara operasional mencakup upaya secara preemtif dan responsif.
Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting, karena inokulum dapat menyebar, tumbuh, dan berkembang ke daerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan pasif. Penyebaran secara pasif ini sangat tergantung pada pembawanya, tapi cara ini lebih efektif menyebarkan inokulum hingga jauh jaraknya. Agen-agen pembawa ini dapat berupa air, angin, manusia, hewan, bahan tanaman itu sendiri atau agen-agen lainnya.
Misalnya penyebaran jamur. Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oeh angin.





            Kecepatan angin, banyaknya cahaya matahari, cuaca cerah, serta udara yang sejuk/panas/kering sangat mempengaruhi pelaksanaan wisata, baik wisata darat maupun laut. Dengan cuaca dan iklim yang bersahabat serta kecepatan angin yang sedang maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati · Bidang Pertanian Kecepatan angin yang ideal adalah 19-35 km/jam. Pada keadaan kecepatan angin yang tidak kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan     penangkaran    benih.
Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan lingkungan karena adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 – 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin. Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil.



1.2      Tujuan

R     Untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh Dosen, guna untuk mendapatkan nilai tugas dari Dosen.
R     Untuk mengetahui peran vector dan angina dalam penyebaran penyakit pada tanaman.
R     Untuk mengetahui proses vector membawa penyakit pada tanaman sehingga tanaman terserang penyakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme itu dapat berupa virus, bakteri, dan jamur.Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga.Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit sistematik dan penyakit lokal. Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tanaman akan sakit. Penyakit lokal adalah penyakit yang hanya tedapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar (Sunaryono, 1981).
Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya.Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen.Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989).
Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979).

Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk pathogen sebagai penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang.
Penyebab munculnya penyakit pada tanaman bisa terjadi karena di suatu tempat ada tanaman, patogen, serta lingkungan (segitiga penyakit karena tiga faktor). Agar muncul penyakit  pada tanaman, maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat berupa tanaman harus peka, penyebab penyakit harus  ganas, dan lingkungan mendukung. Akan tetapi, adanya keikusertaan manusia dalam pembudidayaan tanaman dapat mempengaruhi tiga faktor sebelumnya, karena manusia dapat menciptakan kondisi dimana penyebab penyakit dapat berkembang dengan baik, ( Ririnpunto, 2011).
Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala: a). Gejala lokal, yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak  atau kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar). b). Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil), (Fahmi, 2012).
Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkan atau mengeluarkan agen infection dari sumber infeksi  kepada host yang rentan (Adang,2001).
            Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia (Budiman, C. 2006).

Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya (Adi , H.S. 1993).






Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordoFulgoromorpha, khususnya yang berukuran kecil. Tonggeret pernah digolongkan sebagai wereng (di bawah subordo Auchenorrhyncha) namun sekarang telah dipisah secara taksonomi. Karena eksklusif hidup dari tumbuhan, sejumlah anggotanya menjadi hama penting dalam budidaya tanaman. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhanpenting, khususnya dari kelompok virus , ( Wikipedia, 2011 ).
Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting, karena inokulum dapat menyebar, tumbuh, dan berkembang ke daerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan pasif. Penyebaran secara aktif terjadi karena adanya aktivitas individu, sedangkan secara pasif ini tergantung pada pembawanya. Salah satu agen pembawa sehingga terjadi penyebaran secara pasif adalah angin (Anonim, 1995).

Angin ini mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi (Abadi, 2003).





BAB III
PEMBAHASAN
3.1       Pengertian Penyakit Tanaman
Penyakit merupakan suatu keadaan dimana bagian tumbuhan tertentu tidak dapat menjalankan fungsi fisiologis dengan sebaik-baiknya akibat suatu penyebabyang menganggu secara terus menerus dalam waktu yang lama. Fungsi fisiologitersebut mencakup pembelahan sel, diferensiasi, dan penyerapan air dan hara daritanah, translokasi air dan hara ke seluruh bagian tumbuhan, fotosintesis danreproduksi. Penyakit dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan nematode.
3.2    Gejala Penyakit Tumbuhan

Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit.Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.Pada umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khusus. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Seringkali beberapa penyebab penyakit menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak dapat ditentukan diagnosis dengan tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya tanda (sign) dari penyebab penyakitnya.Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :





a)      Tipe Nekrotis :Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b)       Tipe Hypoplastis :Gejalanya disebut hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment.
c)      Tipe Hyperplastis :Gejalanya disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya
karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).

3.3    Penggolongan Penyakit Tumbuhan dan Patogennya

Suatu penyebab penyakit pada tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu yang disebabkan oleh factor abiotik dan factor biotic. Penyakit abiotik adalah penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit noninfeksius (Natawigena, 1995). Agen penyebab penyakit abiotik juga dibagi menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :

a.    Suhu tinggi
b.    Suhu rendah
c.    Kadar oksigen yang tak sesuai
d.    Kelembaban udara yang tak sesuai
e.    Keracunan mineral
f.    Kekurangan mineral
g.    Senyawa kimia alamiah beracun
h.    Senyawa kimia pestisida
i.    Polutan udara beracun
j.    Hujan es dan angin
3.4          Hubungan Antara Unsur Iklim dan Hasil TanamanDescription: http://4.bp.blogspot.com/_SJHzAop4PKs/S7YDUCaj1BI/AAAAAAAAAwQ/MayyEqwMuuI/s1600/Picture2.png
Sumber ; google//www.academia.edu
 

Secara teknis dalam budidaya tanaman,hampir semua unsur iklim berpengaruh. Namun masing-masing mempunyai pengaruhdan peran yang berbeda teradap berbagaiaspek dalam budidaya tanaman. Unsur iklimterhadap hasil tanaman mempunyai pengaruhterhadap besarnya jumlah produksi tanaman.Efektivitas dan efisiensi pestisida untuk  pengendalian hama dan penyakit padatanaman juga sangat ditentukan oleh curah hujan,suhu udara dan kelembaban. Pengendalian hamaterpadu (PHT) dengan menggunakan musuh alami yang dimungkinkan atas dasar  pengetahuan tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca, suhu, curah hujan,kelembaban dan faktor cuaca lainnya dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik yang dilakukan dengan cara kimiawi, hayatimaupun kultur teknis.


3.5       Peranan Vektor Dalam Penyebaran Penyakit Tanaman

             Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkan atau mengeluarkan agen infection dari sumber infeksi  kepada host yang rentan.
Salah satu vector yang berperan dalam penyebaran penyakit tanaman adalah ;

1.                  Serangga
Arthropoda adalah suatu phylum yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas.( Arthorm= sendi, poda=kaki). Serangga merupakan golonggan hewan yang keberadaannya paling domonan di muka bumi ini. Karena jumlah mereka yang melebihi hewan melata didaratan ini praktis serangga terdapat berbagai tempat. Serangga telah ada dimuka bumi ini sekitar 350 juta tahun yang lalu dibandingkan dengan manusia yang keberadannya kurang dari 2 juta tahun yang lalu. Dalam kurung waktu tersebut serangga mengalami evolusi den perubahan di berbagai hal, dan dapat menyesuaikan hidup mereka di hamper semua habitat.

R    Hubungan serangga dengan penyakit tanaman

Lingkungan: pada habitat alam aslinya sumber makanan yang tersedia untuk serangga tentunya sedikit dan diimbangi oleh musuh alami sehingga serangga populasinya tergolong rendah. Sedangkan pada habitat pertanian khususnya pada pertanian mono kulter ketersediaan makanan bagi serangga related tidak terbatas sehingga populasi serangga meningkat pesat. Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado yang sebelumnya serangga tersebut hidup diberbagai tanaman famili Solanaceae liar di hutan- hutan, populasi masih rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi kebun kentang maka populasinya meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang yang sangat merugikan.

Tempat: serangga hama dapat berpindah tempat secara pasif maupun aktif. Secara aktifnya dilakukan oleh imago(serangga dewasa) dengan cara terbang ataupun berjalan. Secara pasifnya dilakukan oleh faktor lain seperti; tertiup angin atau pun terbawa pada saat tanaman dipindahkan oleh manusia. Ditempat baru serangga dapat pertambah dengan cepat atau mati tergantung dengan kondisi alam(lingungan) yang baru. Sebagai contoh Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah, kemudian bermigrasi ke negara pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang predator Curinus cocruleus belum tersedia di Indonesia, sehingga kutu loncat ini dapat berkembang biak dengan cepat.

Perubahan Pandangan Manusia: dengan pemikiran manusia yang ingin mendapatakan hasil pertanian yang berkondisi terbaik (kuantitas dan kualitas) menyebabkan permintaan hasil pertanian tentunya tidak terdapat cacat sedikit pun. Sehingga hama serangga yang tidak merugikan secara ekonomi (intensitas serangan rendah) tidak dikehendaki kehadiranya. Sebagai contoh serangga hama yang disebut Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn.) masuk ke tongkol jagung melalui ujungnya dengan memotong rambut-rambut tongkol, kemudian hidup dibagian dalam ujung tongkol dengan memakan butiranbutiran biji jagung. Bagian tongkol yang dirusaknya hanya ujungnya saja sedangkan bagian tongkol masih tetap utuh. Bagi segolongan masyarakat tertentu yang tidak dapat menerima hal ini, menganggap keberadaan H. armigera haus dikendalikan dengan serius. Agar mendapatkan hasil yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik.

Aplikasi Insektisida Yang Tidak Bijaksana: pengunaan insektisida yang tidak bijak sana ini tentunya akan menyebabkan terjadinya resisten, resurgensi dan munculnya hama sekunder. Dikarenakan pengunaan insektisida dengn bahan aktif yang sama dengan terusmenerus dan tanpa mengunakan dosis yang tepat sehingga akan terjadi mutasi Gen (perubahan genetic). Dengan pengunaan insektisida secara tidak bijaksana juga akan menyebabkan kematian dari musuh alami, dikarenaka sebagian besar musuh alami rentan terhadap insektisida, sehingga akan menyebabkan resurgensi. Dengan demikian hanya yang sebelumnya sebagi hama sekunder bisa menjadi hama utama dikarenakan musuh alami yang didak ada sehingga populasi hama sekunder dapat bertambah dengan pesat.
           
            Kesesuaian inang; ditentukan oleh nilai nutrisi yang tersedia atau yang terkandung dalam tanaman atau bagian tanaman inang serta tiadanya toksin (racun) bagi serangga hama yang bersangkutan. Biasanya melibatkan kedua primer dan sekunder metabolit dari tanaman,. Aroma tanaman (host plant odor)  atau rasa tanaman didapat dari nutrient dan komponen asing yang diterima oleh complex sensor input. Input ini diinterpretasikan oleh pusat nervous system serangga  untuk dikelompokkan apakah input tersebut berasal dari tanaman inang atau bukan.

R     Peranan Serangga dalam Penyakit Tanaman

1. akibat luka setelah makan atau meletakkan telur yang merupakan agen pembawa (carrier) mekanis dari bakteri pada tubuh serangga
2. pada beberapa kasus terjadi simbiosis yang menguntungkan antara keduanya dan serangga memfasilitasi assosiasi yang berlanjut antara fitopatogen, serangga, dan tanaman inang.
3. Penyerbukan oleh serangga pada tumbuhan disebut entomofili. Hubungan antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan yang diserbukinya kadang-kadang sangat dekat (bersifat obligat), misalnya, hubungan antara tumbuhan Yucca (famili Agavaceae) dengan ngengat Yucca (Lepidoptera: Prodoxidae) yang berkisar antara mutualisme obligat sampai antagonis (larva ngengat berperan sebagai herbivora). Dua genera ngengat prodoxid, yaitu Tegeticula dan Parategeticula berperan sebagai penyerbuk obligat pada tumbuhan Yucca, sementara genera ketiga, yaitu Prodoxus lebih berperan sebagai pemakan (biji) Yucca. Hubungan mutualisme obligat serupa juga ditunjukkan oleh tumbuhan fig (genus Ficus) dan serangga penyerbuk, tawon fig (ordo Hymenoptera, subfamili Agaoninae).
Sementara itu, kupu-kupu, lebah, dan tawon adalah serangga penyerbuk yang bersifat fakultatif (tidak mempunyai hubungan yang sangat khas seperti beberapa contoh di atas). Pernahkah Anda perhatikan, bagaimana lebah mengunjungi bunga? Sambil mencari cairan madu (nektar), mereka juga mengumpulkan serbuk sari di sekujur tubuhnya. Nah, serbuk sari inilah yang secara tidak sengaja akan menempel pada putik bunga lain yang dikunjunginya, sehingga terjadilah penyerbukan.



4.  Serangga tidak hanya menyebarkan patogen tetapi beberapa patogen dapat membiak di dalam tubuh serangga, dan beberapa patogen dapat bertahan hidup dalam tubuh serangga selama tidak ada tumbuhan inang yang cocok. Jadi serangga dapat memegang peranan dalam penularan, penyebaran, pembiakan dan pertahanan patogen. Tetapi sebagai sgensia penyebar serangga hanya dapat menyebarkan patogen dalam jarak yang dekat saja.
Serangga merupakan agensia paling penting dalam penyebaranv virus. Hanya terdapat sedikit penyakit virus yang tidak dapat ditularkan oleh serangga. Sebagian besar dari vektor yang dapat menularkan dan menyebarkan penyakit virus mempunyai alat mulut menghisap. Yang terpenting adalah kutu daun (aphididae) dan wereng (leafhopper).  Beberapa macam Coccinelidae dan belalang yang mempunyai alat mulut menggigit dapat menularkan virus.
Penyakit bakteri tertentu dapat disebarkan oleh serangga. Penyakit layu bakteri pada labu-labuan antara lain pada melon, yang disebabkan oleh Erwinia tracheiphila, penyebarannta sama sekali tergantung dari kumbang ketimun (cucumber beetle). Bahkan bakteri dapat bertahan dalam usus kumbang.
Jamur ada juga yang disebarkan oleh serangga. Sebagai contoh penyebaran Phoma sabdariffae, penyebab bercak daun pada rosella, oleh Podagrica javana. Infeksi Phoma biasanya terjadi di dekat kelenjar madu, karena Podagrica tertarik oleh kelenjar madu yang terdapat pada daun.
Penyakit layu pada pohon Pinus Jepang (Japanese Red Pine), yang disebabkan oleh nematoda Bursaphelenchus sp. disebarkan oleh kumbang Monochamus sp. (kelompok kumbang berantena panjang “long horn beetle”). Penyakit layu pada pinus ini menyebabkan kerusakan yang luas pada hutan pinus di Jepang.









Cara Mengatasi Vektor Pembawa Penyakit
Adapun cara untuk mengendalikan vektor pembawa penyakit yaitu dengan cara :
1.    Pengendalian lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu :


a.    Perubahan lingkungan hidup (environmental management), sehingga vektor dan binatang penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling), pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking).
b.    Manipulasi lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik.
c. Tanam serempak.
      Di lahan irigasi dengan penanaman serempak, hama lebih menonjol dari pada penyakit. Berdasarkan luas serangannya, hama yang dominan merusak tanaman padi adalah tikus, wereng coklat, dan penggerek batang (Soetarto, et. al., 2001). Adakalanya keong mas, ganjur, lembing batu, ulat grayak, walang sangit, dan penyakit hawar daun bakteri juga dapat berkembang secara sporadis di lokasi tertentu. Sedangkan tanam tidak serempak dalam satu hamparan terjadi karena latar belakang teknis dan sosial. Pada pola tanam tidak serempak, penyakit tungro selain hama tikus sering menyebabkan instabilitas hasil. Namun demikian, resiko rendahnya hasil akibat serangan hama dan penyakit dapat dihindari dengan pola tanam serempak.




d. Jarak tanam.
      Pengaturan jarak tanam sebagai salah satu komponen pengendalian merupakan merobahan iklim mikro (iklim sekitar tanaman) sedemikian rupa, sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan hama atau patogen (penyebab penyakit). Karena jarak tanam yang rapat akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman yang akan menguntungkan bagi kehidupan jamur dan bakteri


2.    Pengendalian biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara yang dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit, predator maupun kuman patogen  terhadap vector. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.

3.    Pengendalian Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male techniques), pengunaan bahan kimia penghambat pembiakan (chemosterilant), dan penghilangan (hybiriditazion). Masih ada usaha yang lain seperti :
a.    Perbaikan sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan(food preferences), tempat perindukan (breeding places),dan tempat tinggal (resting paces), yang dibutuhkan vektor.
b.    Peraturan perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina, pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak karena vektor dan sebagainya.
c.    Pencegahan (prevention) : menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap pada suatu tingkat tertentu dan tidak menimbulkan masalah.
d.   Penekanan (supresion) : menekan dan mengurangi tingkat populasinya.
e.    Pembasmian (eradication) : membasmi dan memusnakan vektor dan binatang pengganggu yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara keseluruhan.


4. Pengendalian Kimia
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".

3.6       Peranan Angin dalam Penyebaran Penyakit Tanaman
            Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang optimum dimana tanaman tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya, kelembaban udara yang berpengaruh terhadap penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan daun, maupun pergerakan awan, Membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga Membawa gas-gas yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
Dari segi kerugiannya, angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya dalam Penyerbukan, karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi. Dan juga dapat menyebarkan hama penyakit seperti perkembangan jamur. Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat menguntungkan bagi perkembangan jamur. Serangan patogen cenderung akan meluas bila kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa patogen dipencarkan oleh angin.
Dari hasil penelitian Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu musim tanam tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya kelembaban udara akan mendukung pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual untuk memencarkan konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.
Selain sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi peningkatan jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Penyebaran penyakit yang sangat cepat dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena hembusan keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan mati karena kekeringan dan sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu, sedangkan pada waktu mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh       keberadaannya.
Angin ini mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Beberapa contoh penyakit yang disebarkan atau ditularkan melalui udara dikenal dengan istilah penyakit tular udara (air borne) antara lain: Puccinia graminis tritici, penyebab penyakit karat pada gandum, Hemileia vastatrix, penyebab penyakit karat pada daun kopi, Peronosclerospora maydis, penyebab penyakit bulai pada jagung, dan Exobasidium vexans, penyakit cacar        teh.

















BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
R  Serangga dapat memegang peranan dalam penularan, penyebaran, pembiakan dan pertahanan patogen.
R  Angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya dalam Penyerbukan, karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi.
R  Angin mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah.
R  Sebagian besar dari vektor yang dapat menularkan dan menyebarkan penyakit virus mempunyai alat mulut menghisap.










DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing. Malang.
Budiman, Chandra. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta :Kedokteran EGC.

http://bertani-bertani.blogspot.com/2013/04/keterkaitan-hama-serangga-dengan.html ( Diakses 21 Desember 2014 ).
http://forester-untad.blogspot.com/2013/06/manfaat-angin-dan-pengaruhnya-terhadap.html (Diakses 21 Desember 2014 ).
Purnomo, B. 2002. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. (diktat) Faperta Unib. Bengkulu.
Semangun, H., 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tantawi, A. R. 2007. Hubungan Kecepatan Angin Dan Kelembaban Udara Terhadap Pemencaran Konidium Cercospora Nicotianae Pada Tembakau.Agritrop, 26 (4) : 160– 167.
Wikipedia,2011. Pengertian Wereng. http;//www.google.wikipedia.com ( Diakses 21 Desember 2014 ).
Anonim, 1995. Penuntun Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan. Faperta Unram. Mataram.







Copyright © 2009 BERBAGI ITU INDAH All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.