Tampilkan postingan dengan label Allium cepa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Allium cepa. Tampilkan semua postingan
0

Penyakit pada Bawang Merah

Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan) on 18.09 in

 SURVEI PENYAKIT PADA LAHAN PERTANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa  L.) DI GAMPONG COT CUT, KUTA BARO, ACEH BESAR.




Oleh




Yulfa Sari Tarigan 1305101050051

Cut Diah Permata S.N 1305101050035

Suriani 1305101050047

Eli Anggraini 1305101050128












PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI 

FAKULTAS PERTANIAN  UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSLAM-BANDA ACEH

2016


PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

 Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan terutama untuk keperluan bumbu masak. Pada tahun 2013, meskipun secara nasional produksi bawang merah sudah berlebih (Rusono et al. 2013), namun produktivitasnya masih rendah (10.22 ton ha-1) dibandingkan dengan potensinya yang masih mungkin dicapai hingga 20 ton ha-1 (BPS 2014). Secara umum bawang merah cocok ditanam di dataran rendah dan beberapa ada yang dibudidayakan di dataran tinggi. 

Komoditas pertanian ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis.

Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam budidaya tanaman ini. Keberadaan hama dan penyakit merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat bersifat eksplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relative singkat seringkali dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan panen.

Hama seperti ulat grayak (Spodoptera litura), belalang (Valanga nigricornis) dan lalat penggorok daun (Liriomyza chinensis) merupakan hama penting yang ada di areal pertanaman bawang merah. Penyakit busuk pangkal merupakan salah satu penyakit yang menyerang bawang merah. Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. cepae merupakan salah satu pembatas produksi bawang merah dan bawang bombai. Gejala yang tampak adalah daun mengering dan meliuk (twisting) dimulai dari atas karena umbinya membusuk. Selain pada pertanaman, penyakit ini juga dapat terjadi pada umbi lapis hasil panen dalam penyimpanan (Widodo et al. 2008). Penyakit ini dilaporkan di Sri Lanka pertama kali antara tahun 1992 dan 1993 dengan gejala utama daun meliuk (Kuruppu 1999), di Indonesia dikenal sebagai “penyakit moler”.

Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat dilakukan karena perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol. Namun dengan pengamatan yang baik di lapangan sejak awal penanaman sampai penen, serangan hama dan penyakit dapat Hama adalah binatang yang dianggap dapat mengganggu atau merusak tanaman dengan memakan bagian tanaman yang disukainya. Misalnya : Serangga (insekta), cacing (nematode), binatang menyusui, dan lain-lain. Penyakit yang menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang, melainkan oleh makhluk mikrokospis, misalnya bakteri, virus, cendawan (jamur), dan lain-lain.

Pada pengendalian hama dan penyakit secra biologi, kimiawi, mekanis, dan varietas tahan dapat dilakukan secara terpadu, yaitu memadukan cara biologis, kimiawi, mekanis, dan varietas tahan seacar berimbang. Pengendalian secara terpadu ini dikenal dengan naman Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Pengendalian Hama Terpadu sangat baik dilakukan karena dapat memberikan dampak positif, baik pengendalian hama dan pathogen maupun terhadap lingkungan. Pengendalian hama dan penyakit secara kimiawi memeang lebih efektif dibandingkan dengan pengendalian secar biologis, mekanis, serta varietas tahan. Tetapi ternyata menimbulkan residu efek terhadap lingkungan, yakni pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan kimia tersebut dapat berdampak terhadap unsure-unsur biologis, yaitu musnahnya organism lain yang bukan sasaran, misalnya hewan-hewan predator, hewan-hewan yang dapat membantu penyerbukan.








Tujuan Survei Hama dan Penyakit Tanaman

Untuk monitoring

Untuk pengelolaan organisme pengganggu tanaman

Untuk mengembangkan daftar hama, penyakit, dan inang di suatu daerah.

Untuk mendeteksi awal OPT eksotik

Untuk menunjukkan daerah bebas hama dan penyakit atau tempat yang mempunyai prevalensi OPT rendah.




TINJAUAN PUSTAKA

Bawang merah (Allium cepa) yang dibudidayakan mempunyai karakter yang sangat beragam. Hannelt (1990) membagi jenis tanaman ini menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok bawang bombay dan kelompok agregatum.  Tanaman bawang merah biasanya ditanam dua kali setahun. Memiliki perakaran dangkal yang panjangnya 30 cm dari permukaan tanah. 

Menurut Suriani (2011), klasifikasi bawang merah adalah sebagai berikut,

Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Liliales; Famili: Liliaceae; Genus: Allium, Spesies: Allium ascalonicum L.

Secara morfologi, bagian tanaman bawang merah dibedakan atas akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang merah (Pitojo, 2003).

Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujung meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga.

Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah. Setelah kering di penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat dengan umbi, sehingga memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan (Sunarjono, 2003).

Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga. Tangkai bunga berbebentuk ramping, bulat, dan memiliki panjang lebih dari 50 cm. Pangkal tangkai bunga di bagian bawah agak menggelembung dan tangkai bagian atas berbentuk lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih terbungkus seludang.

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapat sinar matahari penuh juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo,

2005).

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah antara lain adalah ulat grayak Spodoptera, Thrips, Bercak ungu Alternaria, busuk umbi Fusarium, busuk putih Sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Sartono, 2009). 

Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh Fusarium yang umum dianjurkan ialah perlakuan tanah secara fisik atau kimiawi dan penggunaan varietas tahan. Rotasi dengan tanaman bukan inang selama 4 tahun atau lebih dapat mengurangi peluang terjadinya infeksi oleh patogen tersebut.. Beberapa varietas resisten sudah diketahui menjadi salah satu alternatif dalam pengendalian penyakit ini di Iran. Secara kimiawi, penggunaan garam natrium fluorida dan natrium metabisulfit dapat menekan perkembangan patogen melalui perlakuan medium tanam (Türkkan dan Erper 2014). 


METODOLOGI


Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Survei penyakit pada tanaman bawang merah dilaksanakan di Gampong Cot Cut, Kuta Baro, Aceh Besar. Selama 1 hari,  pada tanggal 8 Desember 2016. 


Alat dan Bahan.

  Alat yang digunakan untuk acara survey penyakit adalah plastik putih, karet gelang, gunting, kamera, pisau, alat tulis antara lain: kertas, bulpoint, pensil. Bahan yang digunakan untuk acara survey penyakit adalah areal lahan  pertanaman kelapa, buah kelapa, daun kelapa, batang kelapa. 


Prosedur Kerja 

Menentukan komoditas yang akan dilakukan survey penyakit. 

Menetukan lokasi areal pertanaman yang akan dilakukan survey  penyakit. 

Mempelajari morfologi atau jenis penyakit beserta gejala dan ciri yang ditimbulkan pada tanaman yang akan dilakukan survey penyakit, atau identifikasi penyakit target.

Kunjungan lapang ke lokasi yang telah ditentukan. 

Survei hama dan penyakit yang ada di lokasi tersebut. 

Pengambilan sampel bagian tanaman yang sakit 


Identifikasi Penyakit di Lapangan

Melihat kondisi lahan

Memilih tanaman yang pertumbuhannya tidak sehat

Melihat tanda pada tanaman tersebut

Diambil tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit

Tanaman tersebut lalu diamabil dan dimasukkan ke dalam plastik dan di bawa ke laboratorium



Identifikasi Penyakit di Laboratorium

Diambil sampel tanaman yang diduga terserang penyakit

Sampel di bawa ke Laboratorium untuk pengidentifikasian

Bersihkan sampel tanaman dari tanah yang terbawa dari lapangan

Sayatlah pada bagian sampel yang akan di amati

Letakkan pada kaca preparat

Amati di bawah mikroskop.





HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil survei hama dan penyakit pada tanaman bawang merah (Allium cepa L.) yang telah dilakukan pada lahan pertanaman bawang merah di daerah Ulee, Gampong Cot Cut, Kuta Baro, Aceh Besar. dapat dilihat pada gambar berikut :


 

Gambar 1. Areal Lahan Bawang Merah      Gambar 2. Penyebaran Tanaman    Terserang Penyakit


 

Gambar 3. Tanaman Terserang



Gambar 3. Pengmbilan Tanaman Terserang


Pada gambar diatas terlihat tanaman bawang merah yang terserang penyakit, dimana dalam hal ini diagnosis awal yang dilakukan adalah dengan melihat tanda dari tanaman yang terserang, tanda dari penyakit ini dilihat dari bagian tanaman terserang seperti pada daun, batang, dan akar tanaman bawang merah. 

Pada daun tanaman bawang terlihat daun mengering dan mengeriting hingga melintir, daun muda dan daun tua rebah dan orak-arik tak beraturan. Batang tanaman bawang merah berwarna putih pada pangkalnya dan pada umbi bawang merah terlihat adanya lendir putih dan mengeluarkan bau yang menyengat.

Penyebaran penyakit pada lahan pertanaman bawang merah ini tersebar hampir pada setiap sisi bedengan tanaman, dan bagian sisi terparah terdapat pada areal bedengan yang terakhir / belakang.


Gambar 4. Bedengan Terparah Terserang Penyakit

Dengan hasil diagnosis awal yang telah didapat, dilakukan identifikasi terhadap tanaman terserang yang diamati di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop, dengan menyayat bagian umbi bawang merah yang diduga terdapat patogen didalamnya. 

Hasil pengamatan dibawah mikroskop sebagai berikut:


 

Gambar 5. Cendawan Fusarium oxysporum

Dari identifikasi yang telah dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100 x,  didapat patogen penyebab penyakit pada tanaman bawang merah yaitu Fusarium oxysporum. Dimana terdapat mikrokonidia dari Fusarium oxysporum yang berbentuk seperti bulan sabit yang bersekat-sekat.



Pembahasan

Hasil diagnosis dan identifikasi tanaman bawang merah yang terserang penyakit merujuk kearah penyakit Penyakit busuk pangkal yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. cepae yang mana di Indonesia dikenal sebagai “penyakit moler”. 

Gejala yang tampak adalah daun mengering dan meliuk (twisting) dimulai dari atas karena umbinya membusuk. Selain pada pertanaman, penyakit ini juga dapat terjadi pada umbi lapis hasil panen dalam penyimpanan (Widodo et al. 2008). 

Hal ini sesuai dengan gejala pada saat di lapangan, dimana daun tanaman bawang mengering, mengeriting dan rebah. Pada pangkal tanaman tampak akar-akar yang membusuk dan pada dasar umbi terlihat jamur yang berwarna keputih-putihan pada permukaan bagian lapisan yang membusuk. Jika umbi dipotong membujur nampak adanya pembusukan yang berair, yang meluas ke atas maupun kesamping dan pangkal umbi.

Gejala penyakit ini biasanya mulai tampak pada tanaman berumur 20 hari yang ditandai dengan penampakan daun yang meliuk karena batang semu tumbuh lebih panjang, warna daun hijau pucat atau kekuningan, namun tidak layu. Jika tanaman dicabut, maka tampak umbi lapis lebih kecil dan sedikit dibanding yang sehat. Selain itu, tidak tampak adanya pembusukan pada umbi lapis dan akar.

Patogen Penyebab Penyakit

Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab kegagalan budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air. 

Cendawan ini mampu menghasilkan tiga tipe spora, yaitu mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora. Mikrokondidia spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam jaringan tanaman terserang. Sementara makrokonidia spora diproduksi dipermukaan tanaman yang mati setelah terserang atau terinfeksi. Sedangkan klamidospora merupakan spora yang terdapat pada tanah yang sudah terinfeksi. Klamidospora mampu bertahan selama 30 tahun di dalam tanah.

Baik mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora dapat menyebar dengan bantuan air, peralatan pertanian, maupun kegiatan budidaya. Klamidospora merupakan jenis spora yang sangat aktif menginfeksi tanaman sehat melalui luka pada akar, maupun titik tumbuh akar lateral. Setelah masuk xilem, miselium bercabang dan menghasilkan mikrokondidia yang akan terus berkecambah di dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan mikrokonidia spora ini mempengaruhi pasokan air, sehingga tanaman menjadi lemas dan akhirnya mati.

Cendawan F. oxysporum bersifat polifag, memiliki banyak tanaman inang, terutama tanaman sayuran. Beberapa jenis tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini adalah cabai, pisang, terong, tomat, kubis, seledri, jeruk kopi, kapas, mentimun, melon, kedelai, labu, bawang merah, semangka, dan lain-lain. 

Penyebab Adanya Patogen

Kebersihan areal lahan yang kurang

Gulma merupakan pesaing utama bagi tanaman bawang merah, terutama dalam memperoleh sinar matahari dan unsur-unsur hara tanah. Lahan yang tidak disiangi menyebabkan tanaman tumbuh lambat karena gulma (rumput) tumbuh dan berkembang sangat cepat. Akibatnya, jarak tanaman menjadi lebih rapat dan lahan menjadi lembab. Hal ini mendorong timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh cendawan, dan sebagai media yang sesuai untuk bertelur bagi ngengat kupu (Agrotis ipsilon Hufn). 

Oleh karena itu, penyiangan harus dilakukan terutama pada fase pembentukan anakan (tanaman berumur 10-21 hari), dan fase pembentukan umbi (tanaman berumur sekitar 30-35 hari), dan pada waktu berumur (50-55 hari) atau fase pemasakan umbi.  

         Penyiangan gulma berdampak baik terhadap pertumbuhan tanaman karena tidak terjadi persaingan dalam memperoleh makanan dan sinar matahari dengan gulma lainya. Pendangiran akan mengembalikan kondisi tanah yang memadat menjadi gembur, sehingga mempermudah pertumbuhan dan perkembangan akar serta umbinya. Selain itu, peredaran udara dalam tanah menjadi lebih lancar, sehingga kehidupan organisme dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman dapat dipertahankan keberadaannya (Sumadi, 2003).


Pengairan yang kurang baik

Hal ini berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan maupun produksinya. Dimana apabila pengairan terlalu berlebihan akan mempengaruhi perkembangan patogen yang ada di areal lahan. Pengaruh intensitas dan waktu stres ini sangat penting untuk diperhatikan oleh para petani. Pada umumnya bawang merah sangat peka terhadap air dan pupuk. Oleh karena itu, pengairan sungguh-sungguh harus diperhatikan agar kualitas dan kuantitas produksinya tetap tinggi.


Pengaturan jarak tanam

Kerapatan tanaman mempengaruhi kemampuan tanaman dalam melakukan proses metabolisme, dimana cahaya matahari akan susah terserap oleh tanaman. Dan juga akibat tanaman yang terlalu rapat akan memudahkan tanaman terserang Fusarium oxysporum, terutama pada musim hujan, karena daun sudah terlalu banya unsur N, sehingga pertumbuhan daun akan over dan akan sukulen.


Rotasi tanaman yang kurang baik

Pergiliran tanaman diperlukan untuk memutuskan siklus hidup cendawan fusarium yang ada dalam tanah. Jenis tanaman pengganti biasanya jagung, padi, tebu atau tanaman palawija.

Pengendalian Yang Disarankan

Penggunaan Trichoderma sp

Trichoderma sp. memberikan dampak positif pada patosystem tanaman, membuat periode inkubasi penyakit menjadi lebih lambat, menurunkan intensitas penyakit dan menurunkan kerapatan populasi patogen di dalam tanah. 

Cara aplikasi

Diberikan secara merata pada tanah, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang. Sebaiknya satu minggu atau dua minggu sebelum pupuk kandang digunakan di lahan, pupuk kandang sebanyak 20--50 kg dicampuri Trichoderma sp. sebanyak 100 g. Selanjutnya, campuran pupuk kandang dan Trichoderma sp. didiamkan selama 1-2 minggu di tempat yang teduh dan lembab, kemudian baru disebarkan di lahan sebagai pupuk dasar sebanyak 2-2,5 ton/ha lahan yang akan ditanami bawang merah.

PENUTUP

Kesimpulan


Kesimpulan yang didapat dari survei penyakit pada areal tanaman pertanaman Bawang merah (Allium Cepa) yaitu ; 

Penyakit yang menyerang tanaman sampel survei adalah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.

Gejala penyakit yang ditimbulkan daun tanaman bawang mengering, mengeriting dan rebah. Pada pangkal tanaman tampak akar-akar yang membusuk dan pada dasar umbi terlihat jamur yang berwarna keputih-putihan pada permukaan bagian lapisan yang membusuk.

Areal lahan yang kotor (penuh dengan gulma), pengaturan jarak tanam yang kurang ideal, tinggi bedengan serta faktor cuaca yang ekstream dan pengairan areal lahan yang kurang baik merupakan penyebab tanaman terserang Fusarium oxysporum .



DAFTAR PUSTAKA


[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah 2009–2013. (http://www.bps.go.id/tab_sub/ view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_ subyek=55&notab=61 [diunduh 29 Okt 2014].

Hannelt P. 1990. Taxonomy, evolution, and history. Brewster JL (Ed). Onions and

Other Vegetable Alliums. North American (UK): CABI Publ. pp.1-62.

Rosliani R, Palupi ER, Hilman Y. 2013. Penggunaan benzilaminopurin dan boron

  terhadap pembungaan, viabilitas serbuk sari, produksi, dan mutu benih bawang merah di dataran rendah. J Hort. 23(4):339-349.


Kurnianti, 2013. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah . Diakses http://www.tanijogonegoro.com/2013/11/layu-fusarium.html.


Rukmana R. 1994. Bawang merah, budidaya dan pengolahan pascapanen.Yogyakarta (ID): Kanisius Pr.


Rusono N, Suanri A, Candradijaya A, Muharam A, Martino I, Tejaningsih, Hadi PU, Susilowati SH, Maulana M. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015–2019. Jakarta (ID): Direktorat Pangan dan Pertanian, Bappenas.


Sumarni N, Hidayat A. 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah.

Bandung (ID): BALITSA Pr.


Widodo. 2000. Studies on the biological control of fusarium basal rot of onion caused by Fusarium oxysporum f. sp. cepae [disertasi]. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. 


Widodo, N Kondo, K Kobayashi, A Ogoshi. 2008. Vegetative compatibility groups within Fusarium oxysporum f. sp. cepae in Hokkaido Japan. Microbiol Indones. 21(1):39–43. DOI: http://dx.doi. org/10.5454/mi.2.1.8.


Yamaguchi M. 1983. Allium: Onion, garlic and others. Dalam: World vegetables.

Netherlands (ND): Springer Publ.






LAMPIRAN


Form Survei Penyakit Tanaman Bawang Merah


Nama Petani : Bpk. Zakaria

Lokasi Lahan : Ulee Jembatan Cut Iri, Gampong Cot Cut,   Kuta Baro, Aceh Besar.

Jenis Tanaman : Bawang Merah

Varietas : Bima Berebes

Luas Lahan : 800 m2

Waktu Tanam : 8 November 2016

Kedalaman Tanaman : 2 cm dari permukaan bibit


Teknik Budidaya

Pengolahan Tanah : Dibajak dengan traktor

  Dengan luas bedengan 1 m dan tinggi 15 cm.

Jarak Tanam : 10 x 10 cm


Pemupukan

Jenis Pupuk : NPK, SP36, ZA

Cara Pemupukan : Dengan larikan  

Pestisida / insektisida : Mirtop dengan dosis ± 20 ml/ tangki solo

Herbisida : Dithin dengan dosis ± 30 ml / tangki solo

Metode Aplikasi : Semprot 

Waktu Aplikasi : 1 minggu sekali

Hama : Ulat grayak, Belalang.


Sejarah Pertanaman 3 tahun : Padi-padi-bawang merah

Masalah yang selalu dihadapi : Layu bakteri, busuk pangkal batang.

Waktu mulai terlihat gejala : Gejala terlihat 3 minggu HST.

Penanggulangan : Petani menanggulangi masalah dengan   menyemprot tanaman terserang dengan   herbisida dan dengan cara sanitasi tanaman.


Pengamatan : Dilakukan di Laboratorium

Diagnosis : Dilakukan di Laboratorium




Copyright © 2009 BERBAGI ITU INDAH All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.