0
Keberhasilan komunikasi pertaian
Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan)
on
15.59
Makalah Komunikasi Informasi Pertanian
KIAT – KIAT SUKSES DALAM
BERKOMUNIKASI
Disusun oleh:
Kelompok 1
Dasril Adami
Topan Heru Baskara S
Putra Aceh
Rafifuddin
Marisa
Cut Mawadda Anisa
Yulfa Sari Tarigan
Saidina Ramadani
Mainannur
Fadholi Rahman Siregar
FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui Penyuluhan Pertanian.
Melalui Penyuluhan Pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Penyuluh Pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunujang keberhasilan Penyuluhan Pertanian.
Menurut Mugniesyah (2006) penyuluhan petanian diartikan sebagai sistem pendidikan untuk membantu petani dalam memperbaiki metode dan teknik pertaniannya, guna meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan mereka, memperbaiki meningkatkan tingkat kehidupan dan meningkatkan tingkat pendidikan dan sosial masyarakat desa pada umumnya. Pada umumnya, penyuluh merupakan orang yang berasal dari luar system sebuah masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat yang akan menerima pendidikan relatif sulit untuk mempercayai dan menerima apa yang diintroduksikan oleh penyuluh. Sebagai bentuk pendidikan informal, maka seorang penyuluh yang berperan sebagai pendidik perlu memahami teknik yang paling tepat yang harus diterapkan dalam sebuah penyuluhan, sehingga petani sebagai penerima pendidikan cepat menangkap apa yang diterangkan oleh penyuluh dan selanjutnya menerima dan menerapkan apa yang dianjurkan oleh penyuluh.
Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh Penyuluh Pertanian, namun kenyataannya masih banyak dijumpai di dalam masyarakat bahwa kegiatam Penyuluhan Pertanian masih dianggap kurang berhasil bahkan di beberapa tempat malah tidak berjalan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis sengaja memilih judul makalah Penerima Manfaat dan Penyuluh/Fasilitator Penyuluhan Pertanian karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan tulisan ini bertujuan untuk memahami komunikasi efektif dalam sebuah penyuluhan serta apa saja hal-hal yang mendukung efektifnya sebuah komunikasi dalam sebuah penyuluhan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kegiatan berkomunikasi (walaupun dalam keseharian sudah tidak asing lagi bagi setiap orang) memiliki pola-pola dan bentuk variatif, tak heran apabila setiap individu memiliki ciri tersendiri dalam berkomunikasi, hal inilah yang membedakan satu individu dengan individu lainnya, seorang pengusaha dengan pengusaha yang lain, begitu juga satu kepribadian dengan kepribadian yang lain.
Pola tingkah laku seorang pengusaha menurut Hawkins et. al (dalam
Suryana, 2006, h. 51) tergambar dalam beberapa hal, diantaranya adalah kemampuan dalam berhubungan, kemampuan ini dapat dilihat dari indicator komunikasi, hubungan antar personal, kepemimpinan, dan manajemen. Selain itu Hawkins juga menyebutkan faktor kepribadian, yang terdiri dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan dan kemauan kuat. Sukardi (dalam Riyanti, 2003, h. 53-54) mengemukakan kesimpulan tentang sembilan sifat yang ada pada wirausaha, salah satunya adalah sifat keluwesan bergaul, yaitu sifat aktif bergaul dengan siapa saja, membina kenalankenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. Sifat-sifat tersebut diatas digunakan oleh Dwi Riyanti (dalam disertasinya) sebagai variable yang mempengaruhi perilaku inovatif dan keberhasilan usaha, sifat inilah yang menjadi salah satu dasar dalam membentuk kepribadian seorang wirausaha (Riyanti, 2003, h. 53-54).
Menurut Saptana (1999, h. 5), syarat bagi keberhasilan usaha tani adalah adanya imbalan renumeratif yang saling menguntungkan kedua belah pihak, dan adanya pembagian keuntungan yang adil dan dinamis. Adil dalam arti kemitraan usaha yang dibangun tidak bias kepada salah satu pihak, misalkan pihak yang kuat (perusahaan mitra/inti), tetapi harus sesuai dengan sumbangan masing-masing pihak dalam bermitra. Dinamis berarti tidak terpaku pada suatu keadaan, tetapi kemitraan usaha yang dibangun senantiasa berkembang secara dinamis, sehingga
efektivitas, produktivitas, dan kualitas usaha senantiasa berkembang pula.
Menurut Van den Ban dan Hawkins, (2011: 28) penyuluhan secara sistematis dapat didefinisikan sebagai proses yang:
a. membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan;
b. membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut;
c. meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani;
d. membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan;
e. membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal;
f. meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya; dan
g. membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Dengan melihat rangkaian proses ini, untuk keberhasilannya tidak menjadi tanggung jawab Penyuluh Pertanian sepenuhnya, tapi juga peran aktif dari petani. Agar semua proses berjalan dengan lancar tanpa hambatan, komunikasi amat berperan dalam menghubungkan penyuluh dengan petani.
Menurut UU RI No. 16 tahun 2006, Sistem Penyuluhan Pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Depatemen Pertanian (2009), Penyuluhan Pertanian adalah suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu “Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto, N.P.2005). Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F. (2005), Bahwa Penyuluhan Pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.
Menurut Valera, et.al. (1987), prinsip Penyuluhan Pertanian adalah bekerja bersama sasaran (klien) bukan bekerja untuk sasaran. Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dan dimulai dari apa yang diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya. Selanjutnya, informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut dalam semua aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut.
Ketertarikan peneliti dalam penelitian inipun diawali dari observasi dan interview awal yang dilakukan peneliti di perusahaan pertanian Mitra Tani Bantul, D.I. Yogyakarta pada tanggal 11-12 November 2009 dan 21-23 Januari 2010. Dalam observasi awal, data yang peneliti dapat yakni terkait dengan bentuk kemitraan dengan petani pada manajemen perusahaan yang meliputi:
1. Petani diberi bibit gratis untuk ditanami
2. Petani diberikan bimbingan dan penyuluhan tentang cara bercocok tanam
varietas produk.
3. Persoalan irigasi (pada sawah yang kesulitan dalam pengairan) dan pengadaan lahan dibantu oleh manajemen perusahaan (perlu diketahui bahwa varietas produk ini harus berjarak min. 1 Ha dari jenis tanaman lain).
4. Petani dipinjami pupuk.
5. Setelah panen, petani harus menjual kepada manajemen Perusahaan dengan harga yang telah disepakati pada MoU (Memorandume of
Understanding)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pola Kemitraan Petani dengan Manjemen Perusahaan Mitra Tani di Bantul
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengungkap tentang komunikasi interpersonal pengusaha tani sukses di Bantul. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan model pendekatan studi kasus (case study), sebab tujuan studi kasus adalah meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata dalam konteksnya. Riset studi kasus memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi yang detail yang mencakup dimensi sebuah kasus tertentu atau beberapa kasus kecil dalam rentang yang luas.
Studi kasus dapat menyoroti beberapa faktor yang mengatur komunikasi dalam situasi tertentu dan melukiskan keunikannya (dalam Daymon dan Holloway, 2008, h. 162). Pendekatan ini juga dipilih terkait dengan pertanyaan penelitian. Seperti yang dikemukakan Yin (1988) bahwa studi kasus dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berupa “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa kedua pertanyaan yang digunakan dalam penelitian tersebut mengindikasikan perlunya eksplorasi terhadap permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian. Dengan demikian, peneliti memilih menggunakan desain penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus sebagai metode yang paling tepat dalam melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode desain studi kasus
tunggal, karena desain studi kasus tunggal memberi kemungkinan untuk melakukan eksplorasi mendalam (tapi spesifik) tentang kejadian tertentu (atau beberapa peristiwa) dari sebuah fenomena (dalam Daymon dan Holloway, 2008, h. 166).
Subjek penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni ;
Subjek kasus dan subjek partisipan. Subjek kasus menggunakan satu subjek tunggal sebab prestasi dan 7 kinerja manajemen perusahaan subjek yang dipilih merupakan pelopor dan satu satunya yang mampu eksis dan bertahan dengan kualitas produksinya.
Metode Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tiga prinsip pengumpulan data dalam studi kasus, yakni;
1. Menggunakan metode triangulasi.
Triangulasi dalam penelitian ini dibentuk melalui wawancara, observasi, dan pengambilan data-data dari berbagai dokumen.
2. Menciptakan suatu basis data studi kasus
Seperti pada banyak jenis metode pengumpulan data seperti; interview, observasi dan dokumentasi, maka basis data (data base) dalam studi kasus ini menggunakan alat perekam dengan menggunakan MP3 player dan pencatatan melalui transkrip wawancara. Selain itu digunakan pula catatan lapangan dari hasil observasi.
3. Menciptakan rantai antar data
Dalam penelitian ini, peneliti menciptakan rantai antar data yang didapat dari beberapa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan data lain, sehingga dapat digunakan sebagai skenario oleh pembaca maupun peneliti lain.
Analisis Informasi.
Setelah peneliti turun ke lapangan untuk melakukan pengumpulan informasi tentang kasus yang diteliti, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis informasi. Analisis informasi pada penelitian kualitatif bergerak secara induktif (dari khusus ke umum). Analisis data penelitian yang sudah diperoleh, dimulai dengan cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kemudian dapat dibaca dan dapat ditafsirkan sesuai dengan langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam penelitian kualitatif, meliputi mengumpulkan data, menilai atau menganalisis data, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan.
Langkah-langkah yang ada dalam analisis informasi:
1. Membuat dan mengatur data yang sudah dikumpulkan.
2. Membaca dengan teliti data yang sudah diatur
3. Deskripsi analisis kasus
4. Agreasi kategorisasi
5. Pola-pola kategori
6. Interpretasi.
7. Generalisasi naturalistis.
3.2 Keberhasilan Komunikasi Interpersonal Subjek.
Dimana subjeknya adalah seseorang mengenyam pendidikan sampai tingkat SD. Pada tahun 1963, subjek sempat meneruskan di sekolah ST (setingkat SMP) namun tidak sampai tamat.
Semenjak putus sekolah, subjekpun bekerja menjadi buruh orang lain untuk berjualan tebasan (padi hasil panen petani) untuk membantu perekonomian keluarga.
Kesuksesan subjek dalam memproduksi jagung dengan varietas baru akhirnya diikuti dengan pendirian perusahaan Mitra Tani yang sekarang sedikit banyak telah memberikan kesejahteraan hidup bagi dirinya dan ribuan petaninya.
Berdasarkan data yang didapat peneliti, baik berdasarkan hasil wawancara dengan subjek maupun triangulasi, maka peneliti mencoba memberikan gambaran tentang dinamika psikologis subjek untuk mempermudah penggambaran diri subjek sampai pada proses komunikasi yang subjek dilakukan.
Menurut De Vito (1989, h. 94), tidak ada satu model hubungan interpersonal yang sepenuhnya berhasil digunakan dalam komunikasi interpersonal, namun terdapat nilai-nilai hubungan interpersonal yang bersifat humanistik yang dianggap paling dominan dalam keberhasilan komunikasi interpersonal.
a. Keterbukaan dalam Berkomunikasi.
Menurut DeVito (1989, h. 96), keterbukaan adalah kemauan untuk mengungkapkan diri kepada orang lain yang berinteraksi dengannya, keterbukaan untuk bersikap asertif dan jujur terhadap setiap pesan yang diterima meskipun pada kondisi yang menyerang dirinya sekalipun serta kesediaan untuk bertanggung jawab atas kata-kata yang telah diucapkan. Dalam sebuah komunikasi interpersonal perlu adanya pembukaan diri tentang apa yang sedang dirasakan, agar muncul pemahaman tentang satu sama lain (Johnson dalam Supratiknya, 1995, h. 10).
b. Empati dan Arti Pentingnya
Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain tanpa harus nyata terlihat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut. Dalam bekerjasama dengan petani, subjek begitu memahami kesulitan yang sedang dialami, hal tersebut terlihat dalam analisis
informasi, ketika subjek memberikan pembebasan uang pinjaman pupuk pada saat petani mengalami masa-masa sulit saat terjadi gempa dan kegagalan panen, bahkan subjek sempat memberikan bantuan sebanyak 6 truk yang berisi pakaian, supermie dan peralatan mandi. Begitu juga ketika subjek memberikan kesempatan bagi karyawan yang telah melakukan kesalahan untuk memperbaiki perilakunya, serta pemberian fasilitasfasilitas kerja seperti motor dan handphone.
c. Dukungan dan dorongan kepada karyawan dan petani
Dalam sebuah komunikasi interpersonal, dukungan dan bantuan kepada seseorang sangat penting artinya, agar seseorang yang diberi dukungan tersebut lebih mendapatkan semangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Menurut DeVito (1989, h.
99), terdapat dua kondisi dukungan yang menjadikan komunikasi interpersonal dapat berjalan secara baik yaitu: yang pertama kondisi situasi yang lebih deskriptif dan tidak mengevaluasi. Kondisi yang kedua adalah berpikiran terbuka (open-minded) yang dapat diartikan sebagai kesediaan untuk menerima pendapat orang lain yang berbeda sudut pandangnya serta bersedia untuk mengubah pandangan apabila diperlukan. Berdasarkan analisis informasi, subjek sebagai seorang nakhkoda perusahaan, tidak serta merta menganggap ide serta masukan dari para karyawan sebagai angin lalu, subjek selalu mengadakan meeting dengan para FA (field asisten) untuk membahas program kerja dan persoalanpersoalan terbaru, salah satunya pembuatan pupuk organic yang memang lebih efisien bagi perusahaannya. Subjek selalu mengadakan meeting tiap minggu dengan karyawan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Masukan-masukan dari karyawan selalu dipertimbangkan dan akan digunakan apabila efektif dan tepat. Dukungan dan motivasi kepada petanipun sering subjek berikan, dengan seringkali mengunjungi petani yang sedang berada disawah, dan pemberian bantuan sumur bor serta sarana irigasi.
d. Hubungan Subjek dengan Karyawan dan Petaninya
Seorang komunikator perlu memahami arti penting kesamaan dengan lawan bicara dalam hal berbicara dan mendengarkan. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan perlakuan yang manusiawi dan tidak diskriminatif. Bagi seorang pengusaha, status dan kekuasaan memang akan didapatkan ketika kesuksesan datang, namun hal itu bukanlah pusat perhatian para pengusaha. Mereka lebih memusatkan perhatian pada peluang-peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan (Pearce II, dalam
Winardi, 2008, h. 40).
Berdasarkan pada analisis informasi, pengalaman subjek sebagai pamong desa juga mempengaruhi karakter dan gaya hidup subjek yang memasyarakat dan tidak pernah memposisikan diri sebagai orang yang lebih dari orang. Secara garis besar subjek adalah seorang yang tidak terlalu memperdulikan status dan selalu berusaha berdiri dan duduk sejajar dengan orang-orang sekitarnya.
Proses komunikasi yang subjek lakukan dapat dilihat dalam
gambar berikut:
3.3 Kunci keberhasilan dan faktor-faktor pendukung lain dalam komunikasi
interpersonal pengusaha tani
Status dan peran sosial seorang pengusaha akan mempengaruhi bagaimana masyarakat memandangnya, memperlakukannya, menghormatinya, dan mempercayainya. Seorang pengusaha yang sudah dikenal luas sebagai orang yang jujur, disiplin dan terpercaya akan lebih dihormati dan mendapatkan kepercayaan tinggi, terlebih apabila peran dan status sosialnya memberi dampak positif, yang berupa peningkatan kesejahteraan hidup, bagi masyarakat luas, dengan begitu,jalinan komunikasi akan lebih mudah dilakukan, karena raport yang baik telah terbentuk sebelumnya. Pengalaman menjabat sebagai pamong desa secara otomatis telah memberikan pengetahuan bagi pengusaha tani tentang konteks komunikasi yang dihadapinya, sehingga pendekatan awal (ketika memulai usaha dibidang pembenihan jagung hibrida) yang dilakukan bisa tepat sasaran. Arus penyebaran informasi yang berlaku dalam masyarakat petani tradisional umumnya menggunakan jalur informasi dari mulut ke mulut, pendekatan awal dengan cara memperlihatkan contoh tanam dan percobaan langsung sangat tepat sasaran, serta lebih mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat petani tradisional, karena hasilnya akan terlihat dengan jelas.
Gaya Manajemen Perusahaan yang diterapkan Pengusaha Tani
Manajemen perusahaan yang diterapkan diperusahaan pengusaha tani adalah gabungan dari gaya transaksi dan transformasi, disatu sisi para karyawan dan petani yang berprestasi diberikan bonus berupa uang dan barang, hal ini dilakukannya karena tingginya kebutuhan akan kesejahteraan hidup. Sedangkan disisi lain diberikan pendampingan dan motivasi untuk mencapai target produksi, hal tersebut dimaksudkan untuk memupuk motivasi karyawan dan petani dan menimbulkan iklim usaha yang didasari nilai-nilai kerja yang positif.
Keterbatasan Penelitian
Hasil dan penelitian yang telah dilakukan sangat jauh dari kesempurnaan, setidaknya terdapat 2 hal mendasar yang menjadi kekurangan penelitian ini:
1). Kesibukan dan waktu luang subjek yang terbatas yang menyebabkan waktu untuk penggalian data yang lebih mendalam dirasa sangat kurang.
2). Penelitian yang pada awalnya diarahkan untuk mengungkap faktor-faktor keberhasilan komunikasi interpersonal, menjadi melebar pada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan pengusaha tani, yaitu faktor gaya kepemimpinan danlingkungan sosial masyarakat petani yang menjadi mitra bisnis subjek.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendidikan yang rendah bukanlah sebuah masalah dalam berbisnis, terbukti pendidikan seorang pengusaha tani yang rendah malah menjadikannya mudah bergaul dengan semua kalangan. Petani dan karyawan menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mereka pahami. Jalinan hubungan interpersonalpun menjadi lebih mudah dilakukan, karena timbul pengertian dan pemahaman satu sama lain.
Keluwesan dan toleransi tinggi dalam kegagalan panen dan bencana alam yang ditunjukkan pengusaha juga membuat petani senang untuk mengikuti program tanam, sehingga kontinuitas kerjasama dapat terjaga. Pembahasan kinerja dan ide-ide baru dalam meeting mingguan menjadikan karyawan memiliki andil dalam perkembangan perusahaan, sehingga karyawan memiliki kepuasan batin akibat dilibatkan dalam menentukan orientasi perusahaan, apalagi diiringi dengan pemberian bonus-bonus berupa uang dan fasilitas-fasilitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang; UMM Press
Anantanyu. 2004. Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahnya. PPS702
As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Bovee, C & Thill, J.1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gramedia
Bungin, B. 2007 Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: DR. Kartini Kartono.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Curtis. F & Winsor. 2000. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Jakarta.
Machmud SM. 2006. PENYULUHAN PERTANIAN: Bahan Ajar Kuliah Ilmu penyuluhan. IPB.
Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta variabel. Bina Rena Pariwara, Jakarta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KIAT – KIAT SUKSES DALAM BERKOMUNIKASI”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada asisten dosen pembimbing yang telah membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Banda Aceh, 21 Desember 2014
Kelompok 1
KIAT – KIAT SUKSES DALAM
BERKOMUNIKASI
Disusun oleh:
Kelompok 1
Dasril Adami
Topan Heru Baskara S
Putra Aceh
Rafifuddin
Marisa
Cut Mawadda Anisa
Yulfa Sari Tarigan
Saidina Ramadani
Mainannur
Fadholi Rahman Siregar
FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui Penyuluhan Pertanian.
Melalui Penyuluhan Pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Penyuluh Pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunujang keberhasilan Penyuluhan Pertanian.
Menurut Mugniesyah (2006) penyuluhan petanian diartikan sebagai sistem pendidikan untuk membantu petani dalam memperbaiki metode dan teknik pertaniannya, guna meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan mereka, memperbaiki meningkatkan tingkat kehidupan dan meningkatkan tingkat pendidikan dan sosial masyarakat desa pada umumnya. Pada umumnya, penyuluh merupakan orang yang berasal dari luar system sebuah masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat yang akan menerima pendidikan relatif sulit untuk mempercayai dan menerima apa yang diintroduksikan oleh penyuluh. Sebagai bentuk pendidikan informal, maka seorang penyuluh yang berperan sebagai pendidik perlu memahami teknik yang paling tepat yang harus diterapkan dalam sebuah penyuluhan, sehingga petani sebagai penerima pendidikan cepat menangkap apa yang diterangkan oleh penyuluh dan selanjutnya menerima dan menerapkan apa yang dianjurkan oleh penyuluh.
Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh Penyuluh Pertanian, namun kenyataannya masih banyak dijumpai di dalam masyarakat bahwa kegiatam Penyuluhan Pertanian masih dianggap kurang berhasil bahkan di beberapa tempat malah tidak berjalan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis sengaja memilih judul makalah Penerima Manfaat dan Penyuluh/Fasilitator Penyuluhan Pertanian karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan tulisan ini bertujuan untuk memahami komunikasi efektif dalam sebuah penyuluhan serta apa saja hal-hal yang mendukung efektifnya sebuah komunikasi dalam sebuah penyuluhan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kegiatan berkomunikasi (walaupun dalam keseharian sudah tidak asing lagi bagi setiap orang) memiliki pola-pola dan bentuk variatif, tak heran apabila setiap individu memiliki ciri tersendiri dalam berkomunikasi, hal inilah yang membedakan satu individu dengan individu lainnya, seorang pengusaha dengan pengusaha yang lain, begitu juga satu kepribadian dengan kepribadian yang lain.
Pola tingkah laku seorang pengusaha menurut Hawkins et. al (dalam
Suryana, 2006, h. 51) tergambar dalam beberapa hal, diantaranya adalah kemampuan dalam berhubungan, kemampuan ini dapat dilihat dari indicator komunikasi, hubungan antar personal, kepemimpinan, dan manajemen. Selain itu Hawkins juga menyebutkan faktor kepribadian, yang terdiri dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan dan kemauan kuat. Sukardi (dalam Riyanti, 2003, h. 53-54) mengemukakan kesimpulan tentang sembilan sifat yang ada pada wirausaha, salah satunya adalah sifat keluwesan bergaul, yaitu sifat aktif bergaul dengan siapa saja, membina kenalankenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. Sifat-sifat tersebut diatas digunakan oleh Dwi Riyanti (dalam disertasinya) sebagai variable yang mempengaruhi perilaku inovatif dan keberhasilan usaha, sifat inilah yang menjadi salah satu dasar dalam membentuk kepribadian seorang wirausaha (Riyanti, 2003, h. 53-54).
Menurut Saptana (1999, h. 5), syarat bagi keberhasilan usaha tani adalah adanya imbalan renumeratif yang saling menguntungkan kedua belah pihak, dan adanya pembagian keuntungan yang adil dan dinamis. Adil dalam arti kemitraan usaha yang dibangun tidak bias kepada salah satu pihak, misalkan pihak yang kuat (perusahaan mitra/inti), tetapi harus sesuai dengan sumbangan masing-masing pihak dalam bermitra. Dinamis berarti tidak terpaku pada suatu keadaan, tetapi kemitraan usaha yang dibangun senantiasa berkembang secara dinamis, sehingga
efektivitas, produktivitas, dan kualitas usaha senantiasa berkembang pula.
Menurut Van den Ban dan Hawkins, (2011: 28) penyuluhan secara sistematis dapat didefinisikan sebagai proses yang:
a. membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan;
b. membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut;
c. meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani;
d. membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan;
e. membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal;
f. meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya; dan
g. membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Dengan melihat rangkaian proses ini, untuk keberhasilannya tidak menjadi tanggung jawab Penyuluh Pertanian sepenuhnya, tapi juga peran aktif dari petani. Agar semua proses berjalan dengan lancar tanpa hambatan, komunikasi amat berperan dalam menghubungkan penyuluh dengan petani.
Menurut UU RI No. 16 tahun 2006, Sistem Penyuluhan Pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Depatemen Pertanian (2009), Penyuluhan Pertanian adalah suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu “Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto, N.P.2005). Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F. (2005), Bahwa Penyuluhan Pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.
Menurut Valera, et.al. (1987), prinsip Penyuluhan Pertanian adalah bekerja bersama sasaran (klien) bukan bekerja untuk sasaran. Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dan dimulai dari apa yang diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya. Selanjutnya, informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut dalam semua aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut.
Ketertarikan peneliti dalam penelitian inipun diawali dari observasi dan interview awal yang dilakukan peneliti di perusahaan pertanian Mitra Tani Bantul, D.I. Yogyakarta pada tanggal 11-12 November 2009 dan 21-23 Januari 2010. Dalam observasi awal, data yang peneliti dapat yakni terkait dengan bentuk kemitraan dengan petani pada manajemen perusahaan yang meliputi:
1. Petani diberi bibit gratis untuk ditanami
2. Petani diberikan bimbingan dan penyuluhan tentang cara bercocok tanam
varietas produk.
3. Persoalan irigasi (pada sawah yang kesulitan dalam pengairan) dan pengadaan lahan dibantu oleh manajemen perusahaan (perlu diketahui bahwa varietas produk ini harus berjarak min. 1 Ha dari jenis tanaman lain).
4. Petani dipinjami pupuk.
5. Setelah panen, petani harus menjual kepada manajemen Perusahaan dengan harga yang telah disepakati pada MoU (Memorandume of
Understanding)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pola Kemitraan Petani dengan Manjemen Perusahaan Mitra Tani di Bantul
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengungkap tentang komunikasi interpersonal pengusaha tani sukses di Bantul. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan model pendekatan studi kasus (case study), sebab tujuan studi kasus adalah meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata dalam konteksnya. Riset studi kasus memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi yang detail yang mencakup dimensi sebuah kasus tertentu atau beberapa kasus kecil dalam rentang yang luas.
Studi kasus dapat menyoroti beberapa faktor yang mengatur komunikasi dalam situasi tertentu dan melukiskan keunikannya (dalam Daymon dan Holloway, 2008, h. 162). Pendekatan ini juga dipilih terkait dengan pertanyaan penelitian. Seperti yang dikemukakan Yin (1988) bahwa studi kasus dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berupa “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa kedua pertanyaan yang digunakan dalam penelitian tersebut mengindikasikan perlunya eksplorasi terhadap permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian. Dengan demikian, peneliti memilih menggunakan desain penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus sebagai metode yang paling tepat dalam melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode desain studi kasus
tunggal, karena desain studi kasus tunggal memberi kemungkinan untuk melakukan eksplorasi mendalam (tapi spesifik) tentang kejadian tertentu (atau beberapa peristiwa) dari sebuah fenomena (dalam Daymon dan Holloway, 2008, h. 166).
Subjek penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni ;
Subjek kasus dan subjek partisipan. Subjek kasus menggunakan satu subjek tunggal sebab prestasi dan 7 kinerja manajemen perusahaan subjek yang dipilih merupakan pelopor dan satu satunya yang mampu eksis dan bertahan dengan kualitas produksinya.
Metode Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tiga prinsip pengumpulan data dalam studi kasus, yakni;
1. Menggunakan metode triangulasi.
Triangulasi dalam penelitian ini dibentuk melalui wawancara, observasi, dan pengambilan data-data dari berbagai dokumen.
2. Menciptakan suatu basis data studi kasus
Seperti pada banyak jenis metode pengumpulan data seperti; interview, observasi dan dokumentasi, maka basis data (data base) dalam studi kasus ini menggunakan alat perekam dengan menggunakan MP3 player dan pencatatan melalui transkrip wawancara. Selain itu digunakan pula catatan lapangan dari hasil observasi.
3. Menciptakan rantai antar data
Dalam penelitian ini, peneliti menciptakan rantai antar data yang didapat dari beberapa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan data lain, sehingga dapat digunakan sebagai skenario oleh pembaca maupun peneliti lain.
Analisis Informasi.
Setelah peneliti turun ke lapangan untuk melakukan pengumpulan informasi tentang kasus yang diteliti, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis informasi. Analisis informasi pada penelitian kualitatif bergerak secara induktif (dari khusus ke umum). Analisis data penelitian yang sudah diperoleh, dimulai dengan cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kemudian dapat dibaca dan dapat ditafsirkan sesuai dengan langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam penelitian kualitatif, meliputi mengumpulkan data, menilai atau menganalisis data, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan.
Langkah-langkah yang ada dalam analisis informasi:
1. Membuat dan mengatur data yang sudah dikumpulkan.
2. Membaca dengan teliti data yang sudah diatur
3. Deskripsi analisis kasus
4. Agreasi kategorisasi
5. Pola-pola kategori
6. Interpretasi.
7. Generalisasi naturalistis.
3.2 Keberhasilan Komunikasi Interpersonal Subjek.
Dimana subjeknya adalah seseorang mengenyam pendidikan sampai tingkat SD. Pada tahun 1963, subjek sempat meneruskan di sekolah ST (setingkat SMP) namun tidak sampai tamat.
Semenjak putus sekolah, subjekpun bekerja menjadi buruh orang lain untuk berjualan tebasan (padi hasil panen petani) untuk membantu perekonomian keluarga.
Kesuksesan subjek dalam memproduksi jagung dengan varietas baru akhirnya diikuti dengan pendirian perusahaan Mitra Tani yang sekarang sedikit banyak telah memberikan kesejahteraan hidup bagi dirinya dan ribuan petaninya.
Berdasarkan data yang didapat peneliti, baik berdasarkan hasil wawancara dengan subjek maupun triangulasi, maka peneliti mencoba memberikan gambaran tentang dinamika psikologis subjek untuk mempermudah penggambaran diri subjek sampai pada proses komunikasi yang subjek dilakukan.
Menurut De Vito (1989, h. 94), tidak ada satu model hubungan interpersonal yang sepenuhnya berhasil digunakan dalam komunikasi interpersonal, namun terdapat nilai-nilai hubungan interpersonal yang bersifat humanistik yang dianggap paling dominan dalam keberhasilan komunikasi interpersonal.
a. Keterbukaan dalam Berkomunikasi.
Menurut DeVito (1989, h. 96), keterbukaan adalah kemauan untuk mengungkapkan diri kepada orang lain yang berinteraksi dengannya, keterbukaan untuk bersikap asertif dan jujur terhadap setiap pesan yang diterima meskipun pada kondisi yang menyerang dirinya sekalipun serta kesediaan untuk bertanggung jawab atas kata-kata yang telah diucapkan. Dalam sebuah komunikasi interpersonal perlu adanya pembukaan diri tentang apa yang sedang dirasakan, agar muncul pemahaman tentang satu sama lain (Johnson dalam Supratiknya, 1995, h. 10).
b. Empati dan Arti Pentingnya
Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain tanpa harus nyata terlihat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut. Dalam bekerjasama dengan petani, subjek begitu memahami kesulitan yang sedang dialami, hal tersebut terlihat dalam analisis
informasi, ketika subjek memberikan pembebasan uang pinjaman pupuk pada saat petani mengalami masa-masa sulit saat terjadi gempa dan kegagalan panen, bahkan subjek sempat memberikan bantuan sebanyak 6 truk yang berisi pakaian, supermie dan peralatan mandi. Begitu juga ketika subjek memberikan kesempatan bagi karyawan yang telah melakukan kesalahan untuk memperbaiki perilakunya, serta pemberian fasilitasfasilitas kerja seperti motor dan handphone.
c. Dukungan dan dorongan kepada karyawan dan petani
Dalam sebuah komunikasi interpersonal, dukungan dan bantuan kepada seseorang sangat penting artinya, agar seseorang yang diberi dukungan tersebut lebih mendapatkan semangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Menurut DeVito (1989, h.
99), terdapat dua kondisi dukungan yang menjadikan komunikasi interpersonal dapat berjalan secara baik yaitu: yang pertama kondisi situasi yang lebih deskriptif dan tidak mengevaluasi. Kondisi yang kedua adalah berpikiran terbuka (open-minded) yang dapat diartikan sebagai kesediaan untuk menerima pendapat orang lain yang berbeda sudut pandangnya serta bersedia untuk mengubah pandangan apabila diperlukan. Berdasarkan analisis informasi, subjek sebagai seorang nakhkoda perusahaan, tidak serta merta menganggap ide serta masukan dari para karyawan sebagai angin lalu, subjek selalu mengadakan meeting dengan para FA (field asisten) untuk membahas program kerja dan persoalanpersoalan terbaru, salah satunya pembuatan pupuk organic yang memang lebih efisien bagi perusahaannya. Subjek selalu mengadakan meeting tiap minggu dengan karyawan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Masukan-masukan dari karyawan selalu dipertimbangkan dan akan digunakan apabila efektif dan tepat. Dukungan dan motivasi kepada petanipun sering subjek berikan, dengan seringkali mengunjungi petani yang sedang berada disawah, dan pemberian bantuan sumur bor serta sarana irigasi.
d. Hubungan Subjek dengan Karyawan dan Petaninya
Seorang komunikator perlu memahami arti penting kesamaan dengan lawan bicara dalam hal berbicara dan mendengarkan. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan perlakuan yang manusiawi dan tidak diskriminatif. Bagi seorang pengusaha, status dan kekuasaan memang akan didapatkan ketika kesuksesan datang, namun hal itu bukanlah pusat perhatian para pengusaha. Mereka lebih memusatkan perhatian pada peluang-peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan (Pearce II, dalam
Winardi, 2008, h. 40).
Berdasarkan pada analisis informasi, pengalaman subjek sebagai pamong desa juga mempengaruhi karakter dan gaya hidup subjek yang memasyarakat dan tidak pernah memposisikan diri sebagai orang yang lebih dari orang. Secara garis besar subjek adalah seorang yang tidak terlalu memperdulikan status dan selalu berusaha berdiri dan duduk sejajar dengan orang-orang sekitarnya.
Proses komunikasi yang subjek lakukan dapat dilihat dalam
gambar berikut:
3.3 Kunci keberhasilan dan faktor-faktor pendukung lain dalam komunikasi
interpersonal pengusaha tani
Status dan peran sosial seorang pengusaha akan mempengaruhi bagaimana masyarakat memandangnya, memperlakukannya, menghormatinya, dan mempercayainya. Seorang pengusaha yang sudah dikenal luas sebagai orang yang jujur, disiplin dan terpercaya akan lebih dihormati dan mendapatkan kepercayaan tinggi, terlebih apabila peran dan status sosialnya memberi dampak positif, yang berupa peningkatan kesejahteraan hidup, bagi masyarakat luas, dengan begitu,jalinan komunikasi akan lebih mudah dilakukan, karena raport yang baik telah terbentuk sebelumnya. Pengalaman menjabat sebagai pamong desa secara otomatis telah memberikan pengetahuan bagi pengusaha tani tentang konteks komunikasi yang dihadapinya, sehingga pendekatan awal (ketika memulai usaha dibidang pembenihan jagung hibrida) yang dilakukan bisa tepat sasaran. Arus penyebaran informasi yang berlaku dalam masyarakat petani tradisional umumnya menggunakan jalur informasi dari mulut ke mulut, pendekatan awal dengan cara memperlihatkan contoh tanam dan percobaan langsung sangat tepat sasaran, serta lebih mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat petani tradisional, karena hasilnya akan terlihat dengan jelas.
Gaya Manajemen Perusahaan yang diterapkan Pengusaha Tani
Manajemen perusahaan yang diterapkan diperusahaan pengusaha tani adalah gabungan dari gaya transaksi dan transformasi, disatu sisi para karyawan dan petani yang berprestasi diberikan bonus berupa uang dan barang, hal ini dilakukannya karena tingginya kebutuhan akan kesejahteraan hidup. Sedangkan disisi lain diberikan pendampingan dan motivasi untuk mencapai target produksi, hal tersebut dimaksudkan untuk memupuk motivasi karyawan dan petani dan menimbulkan iklim usaha yang didasari nilai-nilai kerja yang positif.
Keterbatasan Penelitian
Hasil dan penelitian yang telah dilakukan sangat jauh dari kesempurnaan, setidaknya terdapat 2 hal mendasar yang menjadi kekurangan penelitian ini:
1). Kesibukan dan waktu luang subjek yang terbatas yang menyebabkan waktu untuk penggalian data yang lebih mendalam dirasa sangat kurang.
2). Penelitian yang pada awalnya diarahkan untuk mengungkap faktor-faktor keberhasilan komunikasi interpersonal, menjadi melebar pada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan pengusaha tani, yaitu faktor gaya kepemimpinan danlingkungan sosial masyarakat petani yang menjadi mitra bisnis subjek.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendidikan yang rendah bukanlah sebuah masalah dalam berbisnis, terbukti pendidikan seorang pengusaha tani yang rendah malah menjadikannya mudah bergaul dengan semua kalangan. Petani dan karyawan menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mereka pahami. Jalinan hubungan interpersonalpun menjadi lebih mudah dilakukan, karena timbul pengertian dan pemahaman satu sama lain.
Keluwesan dan toleransi tinggi dalam kegagalan panen dan bencana alam yang ditunjukkan pengusaha juga membuat petani senang untuk mengikuti program tanam, sehingga kontinuitas kerjasama dapat terjaga. Pembahasan kinerja dan ide-ide baru dalam meeting mingguan menjadikan karyawan memiliki andil dalam perkembangan perusahaan, sehingga karyawan memiliki kepuasan batin akibat dilibatkan dalam menentukan orientasi perusahaan, apalagi diiringi dengan pemberian bonus-bonus berupa uang dan fasilitas-fasilitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang; UMM Press
Anantanyu. 2004. Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahnya. PPS702
As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Bovee, C & Thill, J.1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gramedia
Bungin, B. 2007 Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: DR. Kartini Kartono.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Curtis. F & Winsor. 2000. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Jakarta.
Machmud SM. 2006. PENYULUHAN PERTANIAN: Bahan Ajar Kuliah Ilmu penyuluhan. IPB.
Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta variabel. Bina Rena Pariwara, Jakarta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KIAT – KIAT SUKSES DALAM BERKOMUNIKASI”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada asisten dosen pembimbing yang telah membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Banda Aceh, 21 Desember 2014
Kelompok 1
Posting Komentar