0
Laporan Gulma Membuat Cairan Perasan
Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan)
on
14.07
Laporan Praktikum II
MEMBUAT CAIRAN PERASAN
Disusun oleh:
Nama : Yulfa Sari Tarigan
NIM : 1305101050051
Kelas : 01 Agt
Kelompok :03
LABORATORIUM ILMU GULMA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alelopati berasal dari bahasa
Yunani, allelon yang berarti “satu sama lain” dan pathos yang berarti
“menderita”. Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu
organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut
alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada
tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak
dapat tumbuh atau mati. Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi
dengan tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karena itu, alelopati
dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan
herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan. Contoh alelopati didalam
ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagelata dapat menghasilkan senyawa
alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut
lainnya.Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit
sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.
Senyawa
alelopati merupakan senyawa yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh suatu
tanaman. Senyawa alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis
pada larutan hasil “leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu
menekan perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada dibawah pohon
kenari hitam tersebut. Sebelumnya Condolle pada tahun 1832 menyatakan bahwa
eksudat tanaman bisa menyebabkan terjadinya tanah yang marginal akibat adanya
ekskresi atau eksudasi akar tanaman sebelumnya (Wilis, 1985). Untuk mendapatkan
senyawa alelopati dari suatu gulma, gulma tersebut diekstrak atau dibuat cairan
perasan dari bagian metabolisme gulma.
Indikasi terjadinya fenomena
alelopati dapat terlihat melalui beberapa bentuk, di antaranya adalah
autotoksisitas, efek residu, dan penghambatan gulma. Autotoksisitas terjadi
bila alelopati terjadi di antara individu dalam satu spesies yang sama,
contohnya spesies Medicago sativa (alfalfa), Trifolium spp. (semanggi), dan
Asparagus officinalis (asparagus).
Hal ini diperkirakan menjadi salah
satu penyebab pertumbuhan tanaman yang tidak sama pada tahun-tahun berikutnya
dalam pertanian. Salah satu bentuk alelopati tanaman lainnya adalah residu dari
beberapa tanaman diketahui dapat mengurangi perkecambahan gulma. Beberapa
tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan gulma melalui proses alelopati yang
akan kami gunakan pada praktikum ini adalah Akasia (Acacia
mangium Wild), Kirinyuh (Chromolaena odorata), Alang-alang (Imperata cylindrica) dan Pinus (Pinus
merkusii).
1.2
Tujuan
Untuk mengetahui
pengaruh alelopati dari beberapa ekstrak gulma dan ekstrak tanaman tahunan
terhadap gulma teki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alelopati merupakan suatu
peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat
menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan
tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang
diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi
terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenisjenis lainnya.
Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya
suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Odum ,1971 dalam Rohman,2001).
Sebagai alelopati,
substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun
gulma. Bertindaknya alelopati tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan
mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa
eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi
semacam itu akan mengalami gangguan yang berupa penghambatan pertumbuhan atau
penurunan hasil (Soerjani, 1978).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk
di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ
pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada
umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14
golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang,
quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat
dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida
serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium
perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun
abiotik (Einhellig, 1995 ).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan
mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan
atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu
tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1
Bahan
dan Alat
·
Bagian
gulma yang akan dijadikan ekstrak
·
Tempat
perendaman (tidak boleh berbahan plastik)
·
Saringan
·
Kapas
·
Beker
glass
·
Corong
·
Jirigen
ukuran 5 L
·
Methanol
tekhnis
·
Timbangan
·
Kertas label
3.2
Cara
membuat cairan perasan
1.
Dibersihkan
bagian gulma yang akan dijadikan ekstrak.
2.
Dikering
anginkan sampai benar-benar kering.
3.
Gulma
ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam wadah perendaman.
4.
Dimasukkan
methanol tekhnis secukupnya, lalu ditutup wadah dan di diamkan selama 2x24 jam.
5.
Disaring
gulma dengan menggunakan saringan yang telah diletakkan kapas.
6.
Lalu
dimasukkan kedalam jirigen dan dibuat tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini
yaitu tentang membuat cairan perasan dengan tujuan mempelajari pengaruh alelopati
dari beberapa ekstrak gulma dan tanaman tahunan. Pada percobaan allelopati ini
melibatkan metanol tekhnis, serta ekstrak daun akasia. Hasil dari praktikum
yang dilakukan adalah dari 100 gram daun akasia menghasilkan 500 ml ciran
perasan akasia. Pada bagian tanaman Akasia (Acacia
mangium) seperti akar, daun, dan buahnya mengandung saponin, di samping itu
daun dan buahnya mengandung flavonoida dan buahnya juga mengandung
polifenol.
Pada umumnya alelokimia
merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam
organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid,
flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya,
kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta
nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan
tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik.
Hambatan
pertumbuhan akibat adanya allelopat dalam peristiwa allelopati, misalnya
hambatan pada pembelahan sel, pengambilan moneral, respirasi, penutupan
stomata, sintesis protein, dll. Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya
pengaruh jelek dari zat kimia ( allelopat ) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu
yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman lain jenis yang tumbuh di sekitarny. (
Moenandir, 1993 ).
Hambatan alelopati
dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan
pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian
tanaman. Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopati mempunyai kemampuan bersaing
yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan
hasilnya semakin menurun.
Daun
merupakan tempat terbesar bagi substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan
tetangganya. Jenis substansi beracun ini meliputi gugusan asam organik, gula,
asam amino, pekat, asam gibberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat (George,
1985).
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum membuat cairan perasan dari berbagai ekstrak gulma
dan tanaman tahunan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Alelopati
adalah suatu kemampuan dari tanaman tertentu untuk menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain, karena merupakan akibat adanya suatu senyawa
kimia tertentu yang terdapat pada jenis tumbuhan ini, yang disebut dengan
senyawa alelokimia.
2. Alelokimia
pada tumbuhan dibentuk pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma,
bunga, buah, dan biji).
3. Hambatan
alelopati dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji,
penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu,
bahkan kematian tanaman.
4. Bagian tanaman Akasia (Acacia mangium) seperti akar, daun, dan
buahnya mengandung saponin, di samping itu daun dan buahnya
mengandung flavonoida dan buahnya juga mengandung polifenol.
DAFTAR
PUSTAKA
Einhellig, 1995 .Ulasan perkembangan terkini kajian alelopati. Jurnal
Hayati. 13(2):79--84.
George, R. A. T. 1985. Vegetable Growing Handbook. Van Northrand
Reinhold Company. New York
Moenandir, J.H. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma.
PT RajaGrafindo Persada.Jakarta
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di perkebunana Karet Sumatera Utara dan aceh.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Tanjung Morawa.
Rice,
1984;.
Pengaruh senyawa allelopathy akasia (Acacia auricuriformis) yang
menghambat perkecambahan biji jagung dan
kacang tanah. J. Indon. Trop. Anim.Agric. 31(3) : 1--6.
Rohman, R.H.2001. Budidaya
Baby Corn. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma
dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Willis, R.J. 1985. The historical bases of the concept of allelopathy. Journal of the
History of Biology 18:71-102.
Posting Komentar