0
Peranan Vektor dan Angin dalam penyebaran Penyakit Tanaman
Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan)
on
16.07
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dilihat dari
segi biologi, penyakit tanaman merupakan terjadinya perubahan fungsi sel dan
jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen
atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala. (Desy, 2010).
Fitopatologi
adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan
akibat serangan patogen
ataupun gangguan ketersediaan hara.
Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan.
Secara biologis
tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara
normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis,
penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga
tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi,
morfologi yang normal dan lain-lain.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi
tentang penyebab penyakit, studi tentang interaksi antara penyebab penyakit -
tumbuhan inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman sakit. Studi
penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhanya disebut epidemiologi.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan
dikelompokkan dalam:
- penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious), dan
- penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah
kekurang unsur hara, suhu yang sangat rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran
(polusi).
Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Gangguan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) baik hama maupun penyakit relative tinggi setiap tahun. Gangguan
tersebut belum dapat dikendalikan secara optimal sehingga mengakibatkan
kerugian yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil, menurunkan mutu
terganggunya kontinuitas produksi, serta penurunan pendapatan petani. Di masa
depan diperkirakan gangguan OPT akan semakin kompleks, yang antara lain akibat
perubahan fenomena iklim global yang berpengaruh terhadap pola musim/cuaca
lokal yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan OPT. Disamping itu
permasalahan OPT akan terus muncul karena masalah-masalah lain seperti dampak
dari pemilikan lahan yang sempit, penggarap yang bukan pemilik, terbatasnya
modal, tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan petani, permasalahan
irigasi, pasar dan harga produksi.
Konsepsi PHT bukan berarti pengendalian “hama” ansig (dalam
arti kata yang sebenarnya), tetapi hama yang dimaksud yaitu OPT adalah suatu
cara pendekatan komprehensif dalam pengelolaan ekosistem terpadu yang mencakup
pengelolaan OPT pada inangnya (tanaman) secara terpadu di suatu ekosistem dalam
ruang dan waktu, untuk suatu proses produksi yang optimal, secara ekonomi lebih
menguntungkan, secara ekologis aman, dan secara sosial budaya dapat diterima,
yang tidak terpisahkan dari sistem dan usaha agribisnis. Penerapan PHT secara
operasional mencakup upaya secara preemtif dan responsif.
Penyebaran inokulum
penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting, karena inokulum dapat
menyebar, tumbuh, dan berkembang ke daerah-daerah yang jauh tempatnya dari
sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan pasif. Penyebaran
secara pasif ini sangat tergantung pada pembawanya, tapi cara ini lebih efektif
menyebarkan inokulum hingga jauh jaraknya. Agen-agen pembawa ini dapat berupa
air, angin, manusia, hewan, bahan tanaman itu sendiri atau agen-agen lainnya.
Misalnya penyebaran jamur. Banyak jamur
parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oeh angin.
Kecepatan
angin, banyaknya cahaya matahari, cuaca cerah, serta udara yang
sejuk/panas/kering sangat mempengaruhi pelaksanaan wisata, baik wisata darat
maupun laut. Dengan cuaca dan iklim yang bersahabat serta kecepatan angin yang
sedang maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati · Bidang Pertanian
Kecepatan angin yang ideal adalah 19-35 km/jam. Pada keadaan kecepatan angin
yang tidak kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu terjadinya
persarian bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran
serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih.
Angin
hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan lingkungan
karena adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki
misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan silang. Namun
jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat dilakukan yaitu
pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang dapat
disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman pematah angin
agar laju dan arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti menanam pohon
penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon
pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 – 200 meter dapat
dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin. Dengan adanya pematah angin
maka laju dan arah angin menuju pertanaman dapat sedikit ditekan sehingga
penyebaran patogen akan lebih kecil.
1.2 Tujuan
R Untuk melengkapi tugas yang
diberikan oleh Dosen, guna untuk mendapatkan nilai tugas dari Dosen.
R Untuk mengetahui peran vector dan
angina dalam penyebaran penyakit pada tanaman.
R Untuk mengetahui proses vector
membawa penyakit pada tanaman sehingga tanaman terserang penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tanaman
adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme itu dapat berupa virus, bakteri, dan jamur.Penyebaran penyakit
tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga.Penyakit tanaman dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit sistematik dan penyakit lokal.
Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar ke seluruh tubuh tanaman,
sehingga seluruh tanaman akan sakit. Penyakit lokal adalah penyakit yang hanya
tedapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun,
cabang, batang atau akar (Sunaryono, 1981).
Penyakit tanaman
merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat
melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya.Ada tiga faktor yang mendukung
timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor
lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen.Patogen ada
dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme
seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989).
Fisiopath
merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari
pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya
unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979).
Konsep timbulnya
penyakit diawali dengan menunjuk pathogen sebagai penyebab penyakit utama, yang
selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya
penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang,
pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa
factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga
konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang.
Penyebab munculnya penyakit pada
tanaman bisa terjadi karena di suatu tempat ada tanaman, patogen, serta
lingkungan (segitiga penyakit karena tiga faktor). Agar muncul penyakit
pada tanaman, maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat berupa tanaman
harus peka, penyebab penyakit harus ganas, dan lingkungan mendukung. Akan
tetapi, adanya keikusertaan manusia dalam pembudidayaan tanaman dapat
mempengaruhi tiga faktor sebelumnya, karena manusia dapat menciptakan kondisi
dimana penyebab penyakit dapat berkembang dengan baik, ( Ririnpunto,
2011).
Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan
dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala
dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala:
a). Gejala lokal, yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang
jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak atau kanker. Gejalanya
terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar). b).
Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak
jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang
maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil), (Fahmi,
2012).
Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkan
atau mengeluarkan agen infection dari sumber infeksi kepada host yang
rentan (Adang,2001).
Vektor adalah organisme hidup yang
dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia
(Budiman, C. 2006).
Vektor
adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau
seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya (Adi , H.S. 1993).
Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordoFulgoromorpha, khususnya yang berukuran kecil. Tonggeret pernah digolongkan sebagai wereng (di bawah subordo Auchenorrhyncha) namun sekarang telah dipisah secara taksonomi. Karena eksklusif hidup dari tumbuhan, sejumlah anggotanya
menjadi hama penting dalam budidaya tanaman. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor bagi penularan sejumlah penyakit
tumbuhanpenting, khususnya dari kelompok virus , ( Wikipedia, 2011 ).
Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting,
karena inokulum dapat menyebar, tumbuh, dan berkembang ke daerah-daerah yang
jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan
pasif. Penyebaran secara aktif terjadi karena adanya aktivitas individu,
sedangkan secara pasif ini tergantung pada pembawanya. Salah satu agen pembawa
sehingga terjadi penyebaran secara pasif adalah angin (Anonim, 1995).
Angin ini mempengaruhi
penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen
tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil
dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit
tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik
yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan
oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat
terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan
tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar
tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan
terjadinya infeksi (Abadi, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Penyakit Tanaman
Penyakit
merupakan suatu keadaan dimana bagian tumbuhan tertentu tidak dapat
menjalankan fungsi fisiologis dengan sebaik-baiknya akibat suatu penyebabyang
menganggu secara terus menerus dalam waktu yang lama. Fungsi fisiologitersebut
mencakup pembelahan sel, diferensiasi, dan penyerapan air dan hara daritanah,
translokasi air dan hara ke seluruh bagian tumbuhan, fotosintesis
danreproduksi. Penyakit dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan nematode.
3.2
Gejala Penyakit Tumbuhan
Di
dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan sebelum seseorang melangkah lebih
lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus
bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit.Untuk keperluan
diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan
baik.Pada umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khusus.
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai
akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Seringkali beberapa penyebab
penyakit menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala
saja, tidak dapat ditentukan diagnosis dengan tepat. Dalam hal ini harus
diperhatikan adanya tanda (sign) dari penyebab penyakitnya.Gejala dapat
setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan
yaitu gejala primer dan sekunder.Gejala primer terjadi pada bagian yang
terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di
tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang
menunjukkan gejala primer.Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a)
Tipe Nekrotis :Gejalanya disebut
nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada
sel atau matinya sel.
b)
Tipe Hypoplastis :Gejalanya disebut
hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau
terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment.
c)
Tipe Hyperplastis :Gejalanya disebut
hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya
karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa
(overdevelopment).
3.3 Penggolongan Penyakit Tumbuhan dan Patogennya
3.3 Penggolongan Penyakit Tumbuhan dan Patogennya
Suatu
penyebab penyakit pada tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu yang
disebabkan oleh factor abiotik dan factor biotic. Penyakit abiotik adalah
penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu
dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit
noninfeksius (Natawigena, 1995). Agen penyebab penyakit abiotik juga dibagi
menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Suhu tinggi
b. Suhu rendah
c. Kadar oksigen yang tak sesuai
d. Kelembaban udara yang tak sesuai
e. Keracunan mineral
f. Kekurangan mineral
g. Senyawa kimia alamiah beracun
h. Senyawa kimia pestisida
i. Polutan udara beracun
j. Hujan es dan angin
3.4 Hubungan
Antara Unsur Iklim dan Hasil Tanaman
|
Secara teknis dalam budidaya tanaman,hampir semua unsur iklim berpengaruh. Namun masing-masing
mempunyai pengaruhdan peran yang berbeda
teradap berbagaiaspek dalam budidaya
tanaman. Unsur iklimterhadap hasil tanaman mempunyai pengaruhterhadap besarnya
jumlah produksi tanaman.Efektivitas
dan efisiensi pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit
padatanaman juga sangat ditentukan oleh curah hujan,suhu udara dan kelembaban.
Pengendalian hamaterpadu (PHT) dengan menggunakan musuh alami yang dimungkinkan
atas dasar pengetahuan tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca, suhu,
curah hujan,kelembaban dan faktor cuaca lainnya dapat mempengaruhi cara dan
keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik yang dilakukan dengan cara
kimiawi, hayatimaupun kultur teknis.
3.5 Peranan
Vektor Dalam Penyebaran Penyakit Tanaman
Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkan
atau mengeluarkan agen infection dari sumber infeksi kepada host yang
rentan.
Salah satu vector yang berperan dalam penyebaran
penyakit tanaman adalah ;
1.
Serangga
Arthropoda
adalah suatu phylum yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas.( Arthorm= sendi,
poda=kaki). Serangga merupakan golonggan hewan yang
keberadaannya paling domonan di muka bumi ini. Karena jumlah mereka yang
melebihi hewan melata didaratan ini praktis serangga terdapat berbagai tempat.
Serangga telah ada dimuka bumi ini sekitar 350 juta tahun yang lalu
dibandingkan dengan manusia yang keberadannya kurang dari 2 juta tahun yang
lalu. Dalam kurung waktu tersebut serangga mengalami evolusi den perubahan di
berbagai hal, dan dapat menyesuaikan hidup mereka di hamper semua habitat.
R Hubungan serangga dengan penyakit tanaman
Lingkungan:
pada habitat alam aslinya sumber makanan yang tersedia untuk serangga tentunya
sedikit dan diimbangi oleh musuh alami sehingga serangga populasinya tergolong
rendah. Sedangkan pada habitat pertanian khususnya pada pertanian mono kulter
ketersediaan makanan bagi serangga related tidak terbatas sehingga populasi
serangga meningkat pesat. Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado yang
sebelumnya serangga tersebut hidup diberbagai tanaman famili Solanaceae liar di
hutan- hutan, populasi masih rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi
kebun kentang maka populasinya meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang
yang sangat merugikan.
Tempat: serangga hama dapat berpindah
tempat secara pasif maupun aktif. Secara aktifnya dilakukan oleh imago(serangga
dewasa) dengan cara terbang ataupun berjalan. Secara pasifnya dilakukan oleh
faktor lain seperti; tertiup angin atau pun terbawa pada saat tanaman
dipindahkan oleh manusia. Ditempat baru serangga dapat pertambah dengan cepat
atau mati tergantung dengan kondisi alam(lingungan) yang baru. Sebagai contoh
Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah,
kemudian bermigrasi ke negara pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu
loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro
diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang
predator Curinus cocruleus belum tersedia di Indonesia, sehingga kutu loncat
ini dapat berkembang biak dengan cepat.
Perubahan
Pandangan Manusia: dengan
pemikiran manusia yang ingin mendapatakan hasil pertanian yang berkondisi
terbaik (kuantitas dan kualitas) menyebabkan permintaan hasil pertanian
tentunya tidak terdapat cacat sedikit pun. Sehingga hama serangga yang tidak
merugikan secara ekonomi (intensitas serangan rendah) tidak dikehendaki
kehadiranya. Sebagai contoh serangga hama yang disebut Penggerek tongkol jagung
(Helicoverpa armigera Hbn.) masuk ke tongkol jagung melalui ujungnya dengan
memotong rambut-rambut tongkol, kemudian hidup dibagian dalam ujung tongkol
dengan memakan butiranbutiran biji jagung. Bagian tongkol yang dirusaknya hanya
ujungnya saja sedangkan bagian tongkol masih tetap utuh. Bagi segolongan
masyarakat tertentu yang tidak dapat menerima hal ini, menganggap keberadaan H.
armigera haus dikendalikan dengan serius. Agar mendapatkan hasil yang memiliki
kuantitas dan kualitas yang baik.
Aplikasi Insektisida Yang Tidak
Bijaksana: pengunaan
insektisida yang tidak bijak sana ini tentunya akan menyebabkan terjadinya
resisten, resurgensi dan munculnya hama sekunder. Dikarenakan pengunaan
insektisida dengn bahan aktif yang sama dengan terusmenerus dan tanpa
mengunakan dosis yang tepat sehingga akan terjadi mutasi Gen (perubahan
genetic). Dengan pengunaan insektisida secara tidak bijaksana juga akan
menyebabkan kematian dari musuh alami, dikarenaka sebagian besar musuh alami
rentan terhadap insektisida, sehingga akan menyebabkan resurgensi. Dengan
demikian hanya yang sebelumnya sebagi hama sekunder bisa menjadi hama utama
dikarenakan musuh alami yang didak ada sehingga populasi hama sekunder dapat
bertambah dengan pesat.
Kesesuaian
inang; ditentukan oleh nilai nutrisi yang tersedia atau
yang terkandung dalam tanaman atau bagian tanaman inang serta tiadanya toksin
(racun) bagi serangga hama yang bersangkutan. Biasanya
melibatkan kedua primer dan sekunder metabolit dari tanaman,. Aroma tanaman
(host plant odor) atau rasa tanaman didapat dari nutrient dan komponen
asing yang diterima oleh complex sensor input. Input ini diinterpretasikan oleh
pusat nervous system serangga untuk dikelompokkan apakah input tersebut
berasal dari tanaman inang atau bukan.
R Peranan Serangga dalam Penyakit
Tanaman
1. akibat luka setelah makan atau meletakkan telur
yang merupakan agen pembawa (carrier) mekanis dari bakteri pada tubuh
serangga
2. pada beberapa kasus terjadi simbiosis yang
menguntungkan antara keduanya dan serangga memfasilitasi assosiasi yang
berlanjut antara fitopatogen, serangga, dan tanaman inang.
3. Penyerbukan oleh
serangga pada tumbuhan disebut entomofili. Hubungan antara serangga
penyerbuk dengan tumbuhan yang diserbukinya kadang-kadang sangat dekat
(bersifat obligat), misalnya, hubungan antara tumbuhan Yucca (famili Agavaceae)
dengan ngengat Yucca (Lepidoptera: Prodoxidae) yang berkisar antara mutualisme
obligat sampai antagonis (larva ngengat berperan sebagai herbivora). Dua genera
ngengat prodoxid, yaitu Tegeticula dan Parategeticula berperan
sebagai penyerbuk obligat pada tumbuhan Yucca, sementara genera ketiga, yaitu Prodoxus
lebih berperan sebagai pemakan (biji) Yucca. Hubungan mutualisme obligat serupa
juga ditunjukkan oleh tumbuhan fig (genus Ficus) dan serangga penyerbuk,
tawon fig (ordo Hymenoptera, subfamili Agaoninae).
Sementara itu, kupu-kupu, lebah, dan tawon adalah serangga
penyerbuk yang bersifat fakultatif (tidak mempunyai hubungan yang sangat khas
seperti beberapa contoh di atas). Pernahkah Anda perhatikan, bagaimana lebah
mengunjungi bunga? Sambil mencari cairan madu (nektar), mereka juga
mengumpulkan serbuk sari di sekujur tubuhnya. Nah, serbuk sari inilah yang
secara tidak sengaja akan menempel pada putik bunga lain yang dikunjunginya,
sehingga terjadilah penyerbukan.
4. Serangga tidak hanya menyebarkan patogen
tetapi beberapa patogen dapat membiak di dalam tubuh serangga, dan beberapa
patogen dapat bertahan hidup dalam tubuh serangga selama tidak ada tumbuhan
inang yang cocok. Jadi serangga dapat memegang peranan dalam penularan,
penyebaran, pembiakan dan pertahanan patogen. Tetapi sebagai sgensia penyebar
serangga hanya dapat menyebarkan patogen dalam jarak yang dekat saja.
Serangga merupakan agensia paling
penting dalam penyebaranv virus. Hanya terdapat sedikit penyakit virus yang
tidak dapat ditularkan oleh serangga. Sebagian besar dari vektor yang dapat
menularkan dan menyebarkan penyakit virus mempunyai alat mulut menghisap. Yang
terpenting adalah kutu daun (aphididae) dan wereng (leafhopper). Beberapa macam Coccinelidae dan belalang yang
mempunyai alat mulut menggigit dapat menularkan virus.
Penyakit bakteri tertentu dapat
disebarkan oleh serangga. Penyakit layu bakteri pada labu-labuan antara lain
pada melon, yang disebabkan oleh Erwinia
tracheiphila, penyebarannta sama sekali tergantung dari kumbang ketimun
(cucumber beetle). Bahkan bakteri dapat bertahan dalam usus kumbang.
Jamur ada juga yang disebarkan oleh
serangga. Sebagai contoh penyebaran Phoma
sabdariffae, penyebab bercak daun pada rosella, oleh Podagrica javana. Infeksi Phoma
biasanya terjadi di dekat kelenjar madu, karena Podagrica tertarik oleh kelenjar madu yang terdapat pada daun.
Penyakit layu pada pohon Pinus
Jepang (Japanese Red Pine), yang disebabkan oleh nematoda Bursaphelenchus sp. disebarkan oleh kumbang Monochamus sp. (kelompok kumbang berantena panjang “long horn
beetle”). Penyakit layu pada pinus ini menyebabkan kerusakan yang luas pada
hutan pinus di Jepang.
Cara Mengatasi Vektor Pembawa Penyakit
Adapun cara untuk mengendalikan
vektor pembawa penyakit yaitu dengan cara :
1. Pengendalian lingkungan
Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat
bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda. Terbagi
atas dua cara yaitu :
a. Perubahan
lingkungan hidup (environmental management), sehingga vektor dan
binatang penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling),
pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking).
b. Manipulasi
lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga tidak
memungkinkan vektor dan binatang penggangu berkembang dengan baik.
c. Tanam serempak.
Di lahan irigasi dengan penanaman serempak,
hama lebih menonjol dari pada penyakit. Berdasarkan luas serangannya, hama yang
dominan merusak tanaman padi adalah tikus, wereng coklat, dan penggerek batang
(Soetarto, et. al., 2001). Adakalanya keong mas, ganjur, lembing batu, ulat
grayak, walang sangit, dan penyakit hawar daun bakteri juga dapat berkembang
secara sporadis di lokasi tertentu. Sedangkan tanam tidak serempak dalam satu
hamparan terjadi karena latar belakang teknis dan sosial. Pada pola tanam tidak
serempak, penyakit tungro selain hama tikus sering menyebabkan instabilitas
hasil. Namun demikian, resiko rendahnya hasil akibat serangan hama dan penyakit
dapat dihindari dengan pola tanam serempak.
d. Jarak tanam.
Pengaturan jarak tanam sebagai salah satu
komponen pengendalian merupakan merobahan iklim mikro (iklim sekitar tanaman)
sedemikian rupa, sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan hama atau
patogen (penyebab penyakit). Karena
jarak tanam yang
rapat akan meningkatkan
kelembaban udara di sekitar tanaman yang akan menguntungkan bagi kehidupan
jamur dan bakteri
2. Pengendalian
biologi
Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan
akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara
yang dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit,
predator maupun kuman patogen terhadap vector. Contoh pendekatan ini
adalah pemeliharaan ikan.
3. Pengendalian
Genetik
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang
penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male
techniques), pengunaan bahan kimia penghambat pembiakan (chemosterilant),
dan penghilangan (hybiriditazion). Masih ada usaha yang lain
seperti :
a. Perbaikan
sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan(food preferences),
tempat perindukan (breeding places),dan tempat tinggal (resting
paces), yang dibutuhkan vektor.
b. Peraturan
perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina, pengawasan
impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak karena
vektor dan sebagainya.
c. Pencegahan (prevention)
: menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap pada suatu tingkat
tertentu dan tidak menimbulkan masalah.
d. Penekanan (supresion)
: menekan dan mengurangi tingkat populasinya.
e. Pembasmian (eradication)
: membasmi dan memusnakan vektor dan binatang pengganggu yang menyerang
daerah/wilayah tertentu secara keseluruhan.
4. Pengendalian Kimia
Pestisida
adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau
membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama")
yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya
bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia
yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam
bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
3.6
Peranan Angin dalam Penyebaran
Penyakit Tanaman
Secara luas
angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang optimum dimana tanaman
tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya, kelembaban udara yang berpengaruh
terhadap penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan daun, maupun
pergerakan awan, Membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga
Membawa gas-gas yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Ditinjau
dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam penyerbukan tanaman. angin
akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga
dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang,
kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh
terhadap keberhasilan penangkaran benih dan akan menimbulkan penyerbukan
silang.
Dari
segi kerugiannya, angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya dalam
Penyerbukan, karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman
perlu diisolasi. Dan juga dapat menyebarkan hama penyakit seperti perkembangan jamur.
Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang sangat
lembab sangat menguntungkan bagi perkembangan jamur. Serangan patogen cenderung
akan meluas bila kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa patogen dipencarkan oleh angin.
Dari
hasil penelitian Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu
musim tanam tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan
penurunan kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan
kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya kelembaban udara akan mendukung
pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual untuk memencarkan konidium hanya
memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.
Selain
sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi peningkatan jumlah luka pada
tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang
basah. Penyebaran penyakit yang sangat cepat dimungkinkan karena adanya angin
baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa
angin dalam jarak jauh. Selain itu karena hembusan keras angin atau karena
saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan juga
dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya
infeksi.
Banyak
jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin karena jamur
membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung,
mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah diangkut oleh
angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam
lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang paling tingginya ribuan
meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya penyakit tertentu hanya dapat
disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan sering sangat pendek. Pada
umumnya spora akan mati karena kekeringan dan sinar matahari pada waktu
disebarkan jarak jauh itu, sedangkan pada waktu mengendap tidak tepat jatuh
pada tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin cepat anginnya maka spora yang
akan tersebar pun akan semakin jauh keberadaannya.
Angin
ini mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan
penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah
yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah.
Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan
mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur,
bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak
langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin
juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau
karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan
dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Beberapa
contoh penyakit yang disebarkan atau ditularkan melalui udara dikenal dengan
istilah penyakit tular udara (air borne) antara lain: Puccinia graminis tritici, penyebab penyakit karat pada gandum, Hemileia vastatrix, penyebab penyakit
karat pada daun kopi, Peronosclerospora
maydis, penyebab penyakit bulai pada jagung, dan Exobasidium vexans, penyakit cacar teh.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
R Serangga dapat memegang peranan
dalam penularan, penyebaran, pembiakan dan pertahanan patogen.
R Angin
yang kencang dapat menimbulkan bahaya dalam Penyerbukan, karena angin bijinya
tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi.
R Angin
mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan
penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah
yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah.
R Sebagian besar dari vektor yang
dapat menularkan dan menyebarkan penyakit virus mempunyai alat mulut menghisap.
DAFTAR
PUSTAKA
Abadi,
A.L., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing. Malang.
Budiman, Chandra. 2005. Pengantar
Kesehatan Lingkungan. Jakarta :Kedokteran EGC.
http://bertani-bertani.blogspot.com/2013/04/keterkaitan-hama-serangga-dengan.html
(
Diakses 21 Desember 2014 ).
http://forester-untad.blogspot.com/2013/06/manfaat-angin-dan-pengaruhnya-terhadap.html
(Diakses 21 Desember 2014 ).
Purnomo,
B. 2002. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. (diktat) Faperta Unib.
Bengkulu.
Semangun,
H., 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Tantawi,
A. R. 2007. Hubungan Kecepatan Angin Dan Kelembaban Udara Terhadap Pemencaran
Konidium Cercospora Nicotianae Pada Tembakau.Agritrop, 26 (4) : 160– 167.
Wikipedia,2011.
Pengertian Wereng. http;//www.google.wikipedia.com
( Diakses 21 Desember 2014 ).
Anonim, 1995. Penuntun Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Faperta Unram. Mataram.