0
ETNOBOTANI : TANAMAN HIAS
Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan)
on
16.31
Laporan Praktikum III
ETNOBOTANI : TANAMAN HIAS
Nama : Yulfa Sari Tarigan
NIM : 1305101050051
Kelas : 1 (Satu)
Kelompok : 3 (Tiga)
NIM : 1305101050051
Kelas : 1 (Satu)
Kelompok : 3 (Tiga)
LABORATORIUM ILMU GULMA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada umumnya tumbuhan dipandang
dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu
tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan
yang merugikan atau tumbuhan yang tidak dikehendaki dalam dunia pertanian
disebut gulma (weed).
Etnobotani secara terminologi dapat dipahami
sebagai hubungan antara botani(tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok
masyarakat) di berbagai belahan bumi, danmasyarakat umumnya. Etnobotani adalah
penelitian ilmiah murni yang mengunakan
pengalama pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagimanusia tetapi juga kualitas lingkungan,
karena nilai nilai guna yang dimiliki dan digunakansecara antrophologis adalah
konservasi tumbuhan tersebut harus dilakukan sebagaikonsekuensinya. Etnobotani
menekankan bagaimana mengungkap keterkaitan budayamasyarakat dengan sumberdaya
tumbuhan di lingkungannya secara langsung ataupun tidak langsung. Penekanannya
pada hubungan mendalam budaya manusia dengan alam nabatisekitarnya.
Mengutamakan persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam
mengatur sistem pengetahuan anggotanya menghadapi tetumbuhan dalam lingkup
hidupnya (Suryadarma,2008).
Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya pada lahan
budidaya pertanian yang dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya sehingga
berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budidaya tersebut. Tanaman budidaya
yang tumbuh secara liar di lahan produksi yang diperuntukkan untuk jenis
tanaman lainnya juga digolongkan sebagai gulma. Kompetisi antara gulma dan
tanaman dapat berupa kompetisi antara tajuk dalam memanfaatkan cahaya
matahari dan/atau kompetisi antara sistem perakarannya dalam memanfaatkan
air dan unsur hara (Barus, 2003).
Gulma merupakan salah
satu kendala utama usahatani di lahan pasang surut. Gulma, yang merupakan
pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada
sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung
hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air (E.Sutisna
Noor, 1997). Sedangkan tumbuhan yang menguntungkan yaitu tumbuhan yang
dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai
ekonomis yang menjanjikan.
Etnobotani merupakan bidang ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan sumberdaya alam
tumbuhan dan lingkungannya. Tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, pakan, papan,
bahan industri, maupun sumber yang dapat memberikan rasa kesegaran dan
kenyamanan (estetika). Tidak kurang dari 3000 jenis tumbuhan di Indonesia baik
yang berupa pohon maupun yang bukan pohon dilaporkan bisa dimanfaatkan (Heyne,
1987). Termasuk didalamnya gulma yang merupakan tumbuhan yang hak, potensi
serta manfaatnya belum diketahui tetapi dalam etnobotani tidak ada tumbuhan
yang tidak memiliki manfaat terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Data hasil penelitian etnobotani dapat memberikan informasi tentang
hubungan antara manusia dengan tanaman dan lingkungan dari masa lalu dan masa
sekarang (Purwanto, 1999).
Gulma dapat memiliki manfaat
sebagai tanaman hias, dimana gulma memiliki morfologi yang mencirikan satu sama
lain yang dapat dipadukan dan dirangkai sesuai ukurannya yang akhirnya menjadi
tanaman hias yang dapat memberikan rasa kesegaran dan kenyaman bagi manusia.
Bunga pisang-pisangan (Heliconia),
adalah jenis tanaman hias khas tropis, sering disebut sebagai pisang hias,
termasuk golongan Musaceae yang mirip dengan keluarga Strelitzia berasal dari
amerika latin, namun Heliconia memiliki tiga buah atau lebih seludang sedang
Strelitza hanya dua buah. Sebagian orang menjadikannya sebagai penghias taman
di rumah, perkantoran, hotel, sampai pelengkap rangkaian bunga. Bunga Heliconia
dipotong pada saat bunga belum sepenuhnya mekar. Bunga dan daun Heliconia mangandung sapofin
dan flavonoida, selain itu daunnya juga mengandung tanin serta bunganya mengandung
polifenol sehingga bunga pisang-pisangan ini termasuk gulma.
Biduri atau Widuri (Calotropis gigantea) menjadi salah satu tanaman
yang terabaikan. Meskipun biduri cukup eksotis dan indah, namun tumbuhan biduri
kerap dibiarkan tumbuh liar dan dianggap gulma. Pemanfaatan biduri yang umumnya
diketahui di Indonesia adalah sebagai tanaman obat-obatan (herbal) terutama pada bagian kulit akar, daun, getah, dan
bunga. Sedangkan getahnya mengandung racun. Daun tanaman biduri mengandung
saponin, flavonoida, polifenol, tanin, dan kalsium oksalat. Bagian daun
digunakan obat herbal untuk mengobati kudis, luka kulit, bisul (furunculus),
sariawan, gatal pada cacar air (varicella), campak (measles), demam, dan batuk.
Manfaat lain dari Biduri ini dapat sebagai tanaman hias, dimana Biduri memiliki
bunga yang mahkota bunganya berbentuk bulat telur, berwarna putih atau putih
keungu-unguan dengan diameter 4-4,5 cm.
Bunga sirih merupakan bunga yang memiliki warna bunga
yang putih dan daun yang lebar. Bunga sirih ini merupakan jenis semak yang mana
Bunga Sirih ini tumbuh seperti semak. Daun Sirih biasa digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka) yang sangat
berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu tetapi Bunga
Sirih ini dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Kecombrang, kantan,
atau honje (Etlingera elatior)
adalah sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna yang bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Nama lainnya adalah kincung (Medan),kincuang dan sambuang (Minangkabau),serta siantan (Malaya).
Orang Thai menyebutnya kaalaa dan orang Aceh menyebutnya bunga kala.
Kecombrang ini dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias, karena memiliki
warna bunga yang cerah sehingga bagus digunakan untuk tanaman hias.
1.2
Tujuan
Membuat gulma menjadi
tumbuhan yang memiliki manfaat oleh manusia.
BAB
II
METODOLOGI PRAKTIKUM
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Etnobotani : Tanaman Hias dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB sampai
selesai, di Laboratorium Ilmu Gulma, Program studi Agroteknologi , Fakultas
Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
3.2 Alat dan
Bahan
·
Gulma- gulma yang akan dijadikan tanaman hias : teki,
biduri, pisang hias, tanaman obor, bungong kala, dll.
·
Gunting
·
Vas bunga
·
Busa oasis
3.3 Cara Kerja
1. Digunting
gulma sesuai dengan tingkatan di petunjuk.
2. Gulma yang
sudah di gunting dimasukkan ke dalam vas yang telah diberikan busa oasis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius.
Yogyakarta.
Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 3,
Departemen Kehutanan, Jakarta.
Noor,
E. Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma
di LahanPasang Surut.
[online] http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/isdp0102.pdf.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015.
Purwanto. 1999. Peran dan Peluang Etnobotani Masa Kini di Indonesia dalam Menunjang
Upaya Konservasi dan Pengembangan Keanekaragaman Hayati. Di dalam:
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Ilmu.Universitas Negeri
Semarang.
Suryadarma.
2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.